Ust. Tahmat Darlian |
Lewat sepekan sudah, saya
mendapatkan sebuah titah dari sang murobbi. Sedikit rasa was-was tatkala disuatu malam kami berempat harus
datang ke rumah ustadz Ahyana murobbi kami. Soalnya tak seperti biasanya kami
diundang ke rumahnya tapi tak selengkap semua anggota group halaqoh. Sebuah
tandatanya menghampiri lubuk hati, mungkinkah halaqoh kami akan dirombak lagi?
Atau ada tugas lain yang harus dikerjakan ? Untuk menjawab ragam pertanyaan
ini, jawabnnya adalah harus datang memenuhi undangannya.
Dari yang
diundang empat orang , yang datang hanya berdua karena dua teman lain
berhalangan hadir. Percakapan ngalir seperti biasanya, dan diujung obrolan
barulah sang murobbi menyampaikan pesannya bahwa ada tugas yang harus
dilaksanakan yang salah satunya cukup
asing. Kenapa asing ? Karena selama 9 tahun berada di barisan ini, baru kali
ini mendapatkan tugas untuk bersilaturahim ke salah seorang qiyadah atau tokoh
di jamaah ini. Kami berempat mendapat tugas silaturahim dengan mengunjungi
orang yang berbeda.
Sempat
berjapri ria via WA dengan beberapa teman tersebut, soal kepada siapa dan kapan
akan silaturrahim. Dan saya sendiri harus mengunjungi Ust. Tahmat yang
beralamat di daerah Sarijadi yang kebetulan tak begitu jauh dari Sukajadi
tempat tinggal saya kali ini. Tapi walaupun dekat tetap saja perlu pemikiran
matang, karena tentunya beliau seorang qiyadah yang tentunya sudah berada jauh
diatas beberapa level dengan saya sang “akar rumput”. Dengan bermodalkan nomer handphone ustadz,
saya memulainya dengan mengirim sms ke beliau. Sekedar ketuk pintu agar tak
kaku kalau nanti bersua ke rumahnya. Alhamdulillah dari sms dan whatsapp
tersebut akhirnya saya memutuskan untuk mendatangi ke rumahnya di hari senin,
24 April 2016.
Ba’da dzuhur
saya pamit ke isteri, dan ketika sampai ke kompleks perumahannya ternyata Allah
berkehendak kalau hari ini hujan turun dengan derasnya. Sehingga terpaksa
berteduh di sebuah warung yang tak jauh dari rumah ustadz Tahmat. Selama hujan
berlangsung pikiran ini seolah membayangkan akan percakapan apa yang nanti
berlangsung. Dan Alhamdulillah setelah asyar hujanpun reda, dan setelah numpang
sholat di masjid nurul falah dekat pasar Cibogo,barulah saya nanya-nanya blok N
di perumahan Flat Sarijadi tempat ustadz tinggal.
Ada sesuatu
yang menarik ketika saya mendengar kata flat untuk istilah kompleks rumah ini.
Kenapa istilah “apartemen” tidak
disematkan ke jenis rumah seperti ini, padahal sama-sama rumah susun. Ah
barangkali ini hanyalah sebuah istilah saja untuk membedakan strata sosial
seseorang saja. Dan saya sendiripun baru kali ini menginjakkan kaki di rumah
flat ini. Padahal tempat ini sudah sering saya lewati, dan kesan pertama yang
didapat adalah ini rusun yang barangkali Cuma satu yang ada di kota Bandung.
Sedikit heran juga kenapa Flat Sarijadi dimulai dari blok D-R, Blok A sampai C
kemana ya ?
Mencari
rumah ustadz di kompleks seperti ini sangat gampang, asal hapal blok apa dan
nomer berapa? Yang sedikit bingung Cuma karena bentuk rumahnya saja yang sama
dan kalau salah masuk tangga, sangat berabe karena harus pindah tangga lagi.
Sedikit ngintip dari bawah kira-kira rumah ustadz Tahmat yang mana ya.... ?
hehehe.... ternyata tidak terlalu sulit karena di pintunya banyak stiker-stiker
yang sangat Familiar di benak saya. Setelah merasa pas itu rumah ustadz barulah
saya memilih tangga mana yang harus saya naiki. Ada ragu juga sih, khawatir
ustadz tidak ada di tempat karena pesan WA tak sempat beliau balas. Tapi Alhamdulillah
ketika salam, dari dalam ada yang menjawab dan yang keluar seorang remaja yang
sepertinya baru tiba di rumah tersebut. Belakangan diketahui, bahwa anak muda
ini adalah anaknya yang sedang kuliah tingkat akhir. Selang beberapa saat
ustadzpun menyambut saya dengan penuh kehangatan.
Setelah
sedikit ta’aruf tentang nama dan asal-usul kamipun larut dalam obrolan yang
semoga penuh hikmah ini. Suasana ringan, santai bak sudah kenal lama padahal
secara pribadi baru kali ini kami bercakap-cakap. Obrolan tidak kaku karena
yang diobrolkan keadaan biasa tentang sisi kehidupan yang terjadi. Tentang
kabar anak, pendidikan anak, ekonomi keluarga dan tentang dakwah juga.
Walaupun
pertemuan sangat singkat tidak lebih dari satu jam, namun saya banyak
mendapatkan manfaat dari beliau. Banyak ide seputar usaha yang sepertinya perlu
diperhitungkan. Memang sih saya sendiri yang curhat soal dunia usaha.
Hehehe.... semua ngalir saja dalam pembicaraan. Bahkan sehubungan anak pertama
saya tahun ini mau masuk SMP, sayapun tak segan nanya-nanya kriteria sekolah
yang bagus seperti apa. Semua sekolah pastinya bagus karena didalamnya tempat
menuntut ilmu. Hanya saja adakalanya para orangtua merasa khawatir dengan pola
pendidikan yang diterapkan di sekolah yang bersebrangan dengan pola asuh di
rumah.
rumah flat Sarijadi Bandung |
Obrolanpun terus berlangsung, hingga tak
terasa waktu terus berlalu dan menepi ke waktu senja, sehingga saatnya saya
berpamitan. Padahal saya masih merasa betah di sini. Jujur saja, dari awal
singgah masih terpesona dengan gaya rumah Flat seperti ini. Sepertinya cukup
aman kalau tinggal di tempat seperti ini. Cuma saya lupa tidak menanyakan detil
tentang seluk-beluk rumah flat ini, dari ide siapa dan apa tujuannya sehingga
terbentuk bangunan seperti ini. Hanya ustadz Tahmat bilang, kalau menempati
rumah tersebut tidak direncanakan dari awal, karena melanjutkan kakaknya yang
asalnya tinggal di rumah tersebut.
Dari
penglaman silaturrahim ini saya merasa banyak hikmah, pantesan Rasulullah
sangat menganjurkan sangat untuk bersilaturrahim. Bahkan kalau orang yang
memutuskan tali silaturrahim sama saja dia telah menjauh dari Rahmat Allah.
Rasulullah dalam sabdanya yang indah berujar, “Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan
ajalnya(dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturrhim”
(HR. Bukhari). Dengan demikian betapa pentingnya kita menyambungkan tali
silaturrahim. Apalagi di era informasi yang serba canggih ini, silaturrahim
sangatlah mudah karena sarana pendukung dalam berkomunikasi sangatlah gampang.
Hampir semua orang sangat ramah dengan yang namanya handphone, sms, medsos dan
masih banyak lagi pendukung silaturrahim. Tapi dengan bertemu langsung, hal ini
sulit digambarkan dengan kata-kata karena nuansa keakraban sangat berbeda bila
dibandingkan dengan sarana komunikasi yang tersebut diatas.
Oia, ustadz
Tahmat juga memiliki kemampuan membuat kefir loh. Saya sendiri belum familiar
dengan minuman yang satu ini. Kefir adalah minuman mirip yoghurt yang merupakan
olahan hasil permentasi. Cuma rasanya lebih ketir dan kecut, berbeda dengan
yoghurt yang serba manis. Bahkan manfaatnyapun lebih bagus dari yoghurt. Kefir
ini probiotik terbaik yang kaya manfaat karena dapat menghindarkan kita dari
sembelit, menurunkan kolesterol dengan cepat bahkan kadar asam urat tinggipun
dapat dengan cepat diturunkan dengan mengkonsumsi kefir secara teratur. Dan
sebagai orang yang pernah tinggi asam urat, sayapun tertarik untuk
mengkonsumsinya. Dan sebagai buah silaturrahim ini juga, saya dapat discount untuk
harga kefir ini. Alhamdulillah.....
Rupanya kisah misi ini saya cukupkan
dulu sampai disini, semoga ustadz dan keluarga sehat selalu dan berjalan tanpa
lelah di jalur dakwah ini. Mudah-mudahan di lain waktu kita berjumpa lagi.