Sabuga, 22 Mei 2016 |
.
.
“Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah di masa Bani Umayah
yang memerintah selama tiga tahun namun
dalam masa sejenak itu telah membuat negerinya kehilangan penerima
zakat. Negara aman sejahtera dan
rakyatnya menjadi para muzaki” itulah yang saya tangkap hari kemaren melalui
mulut kang Aher, gubernur Jawa Barat di acara Bandung Entrepreuners day 2016.
Nah loh, apa hubungannya seorang khalifah dan
Entrepreuner....?
Setelah ditelisik ternyata keberhasilan sang khalifah dalam
menata negara dan melahirkan banyak Entrepreuner kala itu, rumusnya adalah
keseimbangan dalam melaksanakan hidup. Seimbang dalam urusan dunia dan akhirat.
Tidak melulu dunia yang dikebut, tapi ruhiyah yang ditanamkan sang khalifah
pada para pengusaha di masanya harus pula dikencangkan.
Tak mesti urusan bisnis mirip pribahasa sunda “suku dijieun
hulu jeung hulu dijieun suku” (kaki
dijadikan kepala dan kepala dijadikan kaki) namun semua itu harus diseimbangkan
dengan kedekatan ruhiyah pada sang Khaliq. Pembiasan infak, amalan sunah dan masih banyak lagi
amalan pendobrak jati diri untuk sukses dunia akhirat.
Wah.... wah..... wah.... andaikata saat ini ada orang
sekelas Umar bin Abd Aziz, tentunya saya mau milih di coach sama beliau.
Terbayang oleh saya, Umar bin Abd Aziz akan membuatkan maping bisnis dengan
tahapan-tahapan yang terarah dan jelas.
“ Tiesna, kamu pagi-pagi bangun paling telat
jam 03.00 yah, kamu tahajud, sholat
taubat dan perbanyak istighfar serta shalawat atas nabi”
“Siap Coach” sambut saya,
“Udah gitu menjelang shubuh kamu tilawah, dan sholat sunnah
rawatib yang karena dengan itu, kamu akan dibangunkan istana di surga-Nya
Allah. Bukankah kamu mau kaya Tiesna ? Kalau kamu mendawamkan tiap hari 12 rakaat
rawatib, berapa istana yang Allah bangun di Surga-Nya kelak.”
Dibilang begitu sayapun manggut-manggut sambil berfantasi
betapa super bahagianya diri saya.
“oke, saya lanjutkan ya....
Sebelum mengawali bisnis jangan lupa shalat dhuhanya harus benar dan
banyak. Dan ketika kamu berbisnis, bersungguh-sungguhlah seolah-olah kamu akan
hidup selamanya. Cari inovasi yang menghasilkanmanfaat pada orang lain.
Ingat..... pesan Nabi, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain”.
Mendengar itu dari Coach Umar bin Abdul Aziz, saya jadi
merenung, “ Apakah betul saya sudah bermanfaat bagi orang lain ? apakah
perlakuan saya terhadap orang tua sudah sesuai dengan perintah Allah?”
“next,..... mulai hari ini kamu biasakan infak tiap hari ya,
tapi bukan berharap cash back. Tapi ikhlaskan dan tulis dalam rancangan bisnis
kamu dan bandingkan dengan kebiasaan kamu saat ini. Kalau boleh tahu, kebiasaan
berinfak kamu bagaimana?”
Dengan setengah kikuk dan tersipu malu sayapun mengakui
kalau selama ini infak semaunya saja, itupun pas jumatan dikala bis keropak
infak lewat. Dan disaat bis-bis lewat dengan suaranya yang khas, sayapun sudah
menyiapkan uang kecil di saku tertentu dan khawatir ketuker dengan saku yang
satu lagi yang isi uangnya lebih besar.
Lagi asyik bermain dengan dunia pikiran saya, choach Umar bertanya lagi,
“dalam sehari semalam, banyak tilawah atau baca Whatsapp?”
Gubrakkkk...... “koq nanya itu coach?” sayapun menundukkan
kepala sejadi-jadinya, Android di tangan kiri seolah-olah mengajak masuk ke
dalam saku. Tangan kanan mengepal keras, menyatu dengan benak kalau ternyata banyak kebaikan yang
tercampakkan. Banyak hal semu yang menutupi kisi-kisi hati, banyak Patamorgana
yang menipu kehidupan ini.
Oke guys, semangat pagi dan salam jabat erat
Tiesna Abu Qoila
Tidak ada komentar:
Posting Komentar