Penayangan bulan lalu
Selasa, 28 Juni 2016
MERETAS KEKHUSUAN DALAM DEKAPAN I'TIKAF
Senin, 27 Juni 2016
SAHUR 5000, BUKA 50.000
SAHUR 5000, BUKA 50.000
.
.
Semangat bukber, sepertinya telah menjadi sesuatu yang unik dan terjadi di setiap komunitas.
Lihat saja, nyaris status kontak kita menampilkan photo-photo narsis saat berbuka puasa (bukber). Wajah yang sumringah nan senyum yang merekah. Plus, tak lupa upload menu makanan yang jadi santapan sore itu.
Wajah suka cita ini, bukan cerminan dari keadaan senang yang palsu. Tapi memang keadaan bahagia ini, adalah janji-Nya dimana memang orang yang berpuasa, akan diberikan dua kebahagiaan yang salah satunya adalah kebahagiaan kala berbuka.
Kalau sekali-kali acara ini boleh-boleh saja, apalagi dapat mempererat tali silaturrahim. Tapi kalau menjadi ketagihan, hati-hati karena perbuatan ini akan menguras isi .dompet kita. Terang saja, kalau masakan rumahan dengan modal 50.000 bisa buat ber-sepuluh, tapi di cafe atau restoran, 50.000 hanya puas untuk sendirian.
Mendingan, kalau bukbernya di rumah pejabat atau di "Aghniya" alias orang kaya. Bahkan kalau di orang seperti ini, selain puas makan selalu ada salam tempel juga.
Tapi..... Ga sembarang juga bisa makan di tempat seperti ini, harus ada kedekatan tersendiri pada pengundang.
Nah, ada bagusnya agar hati plong, jadikanlah bukber sebagai bagian dari perencanaan keuangan kita. Masukkan kegiatan ini sebagai bagian dari biaya liburan atau rekreasi bulanan anda. Sisihkan sedikit dari penghasilan, untuk supaya bisa berbuka bareng.
Minggu, 26 Juni 2016
JANGAN ADA NARKOBA DI ANTARA KITA
Dari data yang dirilis tahun 2014 oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), menunjukkan angka prevalensi penyalah guna Narkoba sebanyak 2,18% dari total penduduk Indonesia, atau kurang lebih sekitar 4 juta jiwa. Itu yang baru terdeteksi BNN. Jumlah yang fantastis kalau dibandingkan dengan jumlah pengusaha Indonesia yang masih dibawah angka 2%. Kalau hal ini terus dibiarkan, bisa jadi penyalah guna narkoba ini, akan menjadi 5 juta jiwa untuk tahun 2020.
- Kategori sangat
berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi, biasanya digunakan untuk
penelitian yang sifatnya ilmiah. Contohnya : ganja, heroin, kokain,
morfin, Dan opium.
- Kategori narkotika yang
memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan
penelitian. Contohnya : petidin, benzetidin, dan betametadol.
- Kategiri dengan zat adiktif
ringan, seperti kodein dan turunannya.
Kamis, 23 Juni 2016
TAK SELAMANYA PUASA BIKIN SEHAT
Judul diatas, saya ambil dari pernyataan seorang dokter, yang jadi peserta pelatihan KMO batch 6. Beliau bicara seperti itu, karena berdasarkan survei yang dilakukan di Rumah Sakit tempatnya bekerja, justru pasien meningkat selama bulan Ramadhan ini.
Begitu pula hasil obrolan saya dengan warung yang ada di sekitar. Ternyata obat seperti Para**X, Pan**ol, Prom*g menjadi paling laris selama bulan Ramadhan. Bahkan untuk obat maag, mengalami peningkatan yang signigikan.
Padahal, jauh-jauh hari kita sering mendengar ungkapan "Puasa itu menyehatkan". Bahkan, hasil penelitian banyak yang menceritakan tentang manfaat puasa bagi kesehatan tubuh.
Salahsatu alasan baiknya puasa yaitu karena ketika puasa, maka konsumsi makanan dan juga minuman yang kurang menyehatkan tubuh dapat dibatasi. Sehingga dampak buruk dari makanan & minuman yang kurang sehat tersebut dapat diminimalkan.
Bagi penderita jantung, ternyata terapi puasa sangat bagus, karena dengan puasa, HDL dalam tubuh bisa meningkat, sementara LDL bisa turun. Sehingga dengan kestabilan kolesterol dalam darah yang bagus, maka kesehatan lebih terjaga.
Dari segi kejiwaan juga, puasa bisa lebih menenangkan jiwa dan pikiran. Karena selain makan dan minum, emosi kitapun harus dijaga, sehingga efek positif bagi tubuh.
Lantas, mengapa jadi pada banyak yang sakit ? Pasti ada yang salah deh. Ibarat sebuah TV kalau penggunaannya keluar dari Buku Panduannya, maka pasti akan terjadi yang membahayakan.
Dan bila puasa yang berdasarkan penelitian menyehatkan, tapi yang terjadi sakit berarti ada yang melenceng dari SOP-nya.
Rosululloh mencontohkan berbuka dengan beberapa butir kurma, dan beberapa teguk air. Tapi dalam pelaksanaannya saat ini, justru ta'jilnya "bala-bapa" dan gorengan lainnya. Kemudian kolak bersantan dalam porsi besar serta kudapan lain yang jelek buat kesehatan. Sesuatu yang berlebihan, hasilnya suka Jelek.
Ditambah lagi punya kebiasaan, habis sahur tidur lagi. Ini yang sebenarnya mengundang penyakit. Padahal zaman Nabi, habis sahur atau subuh mereka berlomba-lomba beribadah sampai terbit matahari, karena pahala yang luar biasa.
Selain dari pola makan yang kurang aman buat tubuh, ditambah ngasah ruhiyahnya yang tak sesuai anjuran Nabi. Yang harusnya perbanyak tilawah Alquran, tapi zaman sekarang banyak terinterupsi dengan gadget atau sinetron.
Wallohu'alam
KEBAHAGIAAN YANG TAK SESUNGGUHNYA
MENU BUKA PUASA |
.
Awal ceritanya lahir dari sebuah komunitas bisnis, yang anggotanya beragam dari yang muslim dan non muslim. Sehingga yang dikedepankan adalah irisan kebersamaan, yang tentunya demi kepentingan bisnis itu sendiri. Sebagai peserta komunitas, mau tidak mau sayapun mengikuti aturan tersebut, dengan catatatan tidak melanggar akidah saya.
Ini adalah sebuah pergaulan hidup antar manusia, dan Rosulullahpun selalu berhubungan baik dengan yang namanya nasrani dan yahudi tapi dalam koridor muamalah saja. Sedangkan kalau yang namanya akidah, kita harus senantiasa menjaganya. Kalau hanya berbuka bersama, saya merasakan hanya sebuah pergaulan biasa saja. Akan tetapi, kalau hal ini harus ada tuntutan sebagai utang dan natal kami harus datang. Itu urusannya berbeda. Karena hal itu sudah masuk ke ranah akidah yang tentu harus kita selamatkan. Jangan karena alih-alih toleransi, keimanan tercoreng karena tak memiliki pengetahuan tentang hal ini
Selasa, 21 Juni 2016
2 KEBAHAGIAAN BUAT MEREKA YANG BERPUASA
Semua pekerjaan tentunya akan melahirkan sebuah "hasil". Dan dari hasil tersebut, maka akan muncul yang namanya harga. Proses dalam mengerjakan inilah, maka akan timbul upah dari pekerjaan tersebut. Dan upahnya bisa dinikmati saat itu pula, ada yang harus menunggu seminggu, sebulan, bahkan ada yang harus rela dirafel.
Begitupun ibadah shaum, ibadah yang satu ini, memang sangat spesial, dan pahalanya untuk Allah. Karena khusus buat Allah inilah maka pahalanya bisa lebih dari besar dalam kelipatannya.Berbeda dengan amalan lain yang dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan hingga lebih dari dari itu.
Seperti sabda Rasulullah dari Abu Hurairah,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
"Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)
Bagi shoimin itu sendiri ternyata Allah telah memberikannya dua kebaikan kebahagiaan, yang pertama adalah ketika berbuka, dan kebaikan berikutnya saat perjumpaan dengan Allah azza wajala.
1. Kebahagiaan ketika berbuka, tentu kita sering merasakannya. Aliran seteguk sirup yang membasahi kerongkongan, atau manisnya kudapan kolak begitu nikmat terasa. Selain itu, kita bisa merasakan bagaimana dahsyatnya berkumpul bersama keluarga, setiap kali berbuka. Kalau di hari biasa, makan bareng sangat jadi langka, tapi untuk ramadhan selalu disiapkan. Sungguh ISTIMEWA.
2. Kebahagiaan Bertemu Allah
Inilah Kebahagiaan hakiki yang benar-benar bahagia. Karena perjumpaan dengan Allah adalah ziyadah (tambahan) nikmat disamping kenikmatan surga. Oleh sebab itu, ketika berdoa dalam berbuka, selayaknya kita juga berdoa, agar mendapatkan juga kenikmatan berjumpa dengan Allah.
Dari seorang sahabat yang mulia, Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah ta’ala berfirman: “Apakah kalian mau tambahan nikmat (dari kenikmatan surga yang telah kalian peroleh)? Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Dan Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka? Kemudian Allah singkap hijab (penutup wajahNya yang mulia), dan mereka mengatakan,
فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزٌّ
“Tidak ada satupun kenikmatan yang lebih kami cintai dari memandang wajah Allah Ta’ala.” (HR. Muslim no. 181).
Begitulah sahabat semua, sebuah nikmat perjumpaan dengan Allah adalah yang sebenarnya. Dan kenikmatan berbuka, bisa jadi hanyalah kamuflase belaka.
Semoga kita semua dapat berjumpa dengan Allah Subhanahu Wa 'ta'ala.
آمين يا مجيب العدوة
MUHASYABAH DI PERTENGAHAN RAMADHAN
Suasana buka bersama |
15 hari sudah kita bercengkrama dengan yang namanya Ramadhan. Sebuah bulan yang kata bulan sya'ban adalah bulan yang dirindukan. Bulan yang ditunggu semesta karena segala amal diganjar berlipat ganda.
Berdoa sebelum berbuka |
Minggu, 19 Juni 2016
HARGAI YANG PUASA ATAU YANG TIDAK PUASA
Kalau saja judul diatas, dan dijadikan pertanyaan kepada ibu saya, pasti jawabannya "Hargai Orang Berpuasa".
Dulu..... dulu sekali, ketika saya belum kuat berpuasa, lalu saya makan diluar, umi biasanya ngacungin telunjuk sambil sedikit mengeluarkan bola matanya, "Tis, ayo masuk ke dalam ! Malu makan diluar, Hargai Orang Berpuasa".
Setelah beranjak besar, dan sudah mulai berani main ke kota kecamatan, (Cisaat) barulah saya tahu ternyata kalau orang dewasa ada juga yang ga puasa. Dan makannya di warung tertutup, nyaris ga ada hawa.
Lanjut.......
Dan ternyata makin kesini, tirai tertutup itu, mulai tersingkap. Dan kaki-kakinya yang jadi saksi, karena keatasnya masih tertutup tirai. Tapi walaupun sudah agak berani kalau tidak puasa, tetap, aturan "Hargai Orang Berpuasa" masih berlaku.
Ya... Inilah Indonesia yang selalu menjungjung tinggi norma Agama. Yang setiap sekolah belajar Akhlaq Dan PMP (Pendidikan Moral Pancasila).
Dan hari ini, masih di Indonesia, selogan "Hargai Orang Puasa" perlahan-lahan karam, bahkan yang muncul "Hargai Orang Yang Tidak Puasa".
Dulu..... ibu penjaja nasi itu sembunyi-sembunyi kala menawarkan menawarkan makanannya. Bukan takut sama satpol PP, tapi selogan "Hargai Orang Puasa" masih terpatri dalam dirinya.
Tapi hari ini, ibu warung penjaja nasi itu sudah perfect jadi Pahlawan. Donasipun berdatangan, masuk ke dalam pundi yang penuh simpati.
Dia tidak jadi cibiran para Netizen, malahan dapat pujian dari pemangku negeri. Simpati bergulir, karena tangisan kamuplase yang meluluh lantahkan arti sebuah Ideologi. Dan kini ibu itu jadi Srikandi "HARGAI ORANG YANG TIDAK PUASA".
Jumat, 17 Juni 2016
PERLUKAH HUKUM KEBIRI DITERAPKAN ?
Mendengar kata "KEBIRI", terlintas dalam pikiran saya ketika masih kanak-kanak, bahwa kebiri dilakukan untuk domba jantan, dengan tujuan untuk penggemukan saja. Yaitu hanya butuh dagingnya saja, karena domba yang dikebiri, tidak banyak bergerak walaupun disatukan dengan domba betina. Karena tak memiliki fungsi reproduksi
Dan hari ini, kata Kebiri kembali muncul. Di setiap media masa bahkan obrolan ibu-ibu di kala "ngabeubeurang" bulan puasa. Kebiri yang menjadi hangat hari ini, yaitu sejenis hukuman untuk pelaku pemerkosaan. Bahkan presiden Joko Widodo pun, membuat Perppu (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang) yang salah satunya tentang hukuman kebiri bagi kaum Pedofilia.
Kalau ditelaah dari teknis kebiri yang ada di Perppu tersebut, dengan kebiri yang saya ketahui terhadap domba, memang sangat jauh berbeda. Pengebirian yang dimaksud sepertinya tidak terjadi rasa sakit seperti pengebirian terhadap hewan, karena kebiri masa kini menggunakan teknik kimiawi, hanya tujuan sama yaitu menghilangkan fungsi sexual.
Soal hukuman kebiri inipun, ternyata melahirkan pro kontra di masyarakat. Kalau yang saya kutip dari rumpian ibu-ibu, mereka banyak setuju dengan alasan betapa jahatnya pelaku pemerkosaan tersebut. Harap dimaklum memang, akhir-akhir ini kasus kejahatan sexual begitu membuat geram. Bahkan telah memunculkan rasa takut bagi yang memiliki anak gadis.
Sementara para penggiat HAM menolak hukuman ini dengan alasan kemanusiaan. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga ikut bicara, karena pengebirian ini melanggar kode etik, (Liputan6.com 30/05/2016).
Sementara PKS memandangnya dari berbagai sisi. Dari sisi spirit atau semangatnya, Sohibul melihat ada semangat pemberantasan kejahatan seksual yang kuat, yaitu dengan menjatuhi hukuman berat bagi pelakunya. Namun, dari segi kemanusiaan, ia melihat ada banyak dampak yang sifatnya berkepanjangan."Masalahnya ketika kita tidak memberikan hukuman yang lebih berat, mungkin bagi rasa keadilan yang mendapat perlakuan kekerasan seksual itu jadi sesuatu hal yang adil," kata Sohibul. Namun, mengenai sikap resmi partai, Sohibul mengaku masih mau mempelajari beberapa hal terlebih dahulu.
Kalau melihat sejarah Islam, ternyata pengebirian ini pernah diperbincangkan pada zaman Rasulullah, dan beliau melarangnya.
Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma menceritakan,“Kami pernah berperang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi sallam sedang ketika itu tidak ada wanita pada kami.” Maka kami bertanya : “Apa sebaiknya kita kebiri diri kita ?” Maka Beliau melarang kita untuk melakukannya”.
Walaupun secara kontekstual berbeda, karena pada masa kini pengebirian bertujuan untuk hukuman pemerkosa, akan tetapi sebagai muslim, kita wajib mengimani sabdanya. Karena Hadist Nabi, semua berdasarkan ilmu dan dalam tuntunan Allah swt. Dan hukuman perkosaan sama dengan hukuman bagi pezina yaitu di rajam.
Melihat kasus pemerkosaan yang marak seperti ini, pakar seksolog dr. Boyke Dian Nugraha angkat bicara. Boyke menilai “hukuman kebiri bagi para pelaku kejahatan seksual kepada anak-anak tidaklah efektif. Alasannya, pelaku kejahatan seksual pada anak masih berpotensi melakukan aksi kejahatannya selama kondisi mentalnya tidak diobati”. Yang terpenting menurutnya justru yang harus diantisipasi adalah akar penyebabnya. Maraknya film porno adalah salah satunya. Dan inilah yang harus diantisipasi oleh orang tua dan pemerintah.(Tiesna)