Penayangan bulan lalu

Jumat, 09 September 2016

MEREKA YANG RINDU DAGING QURBAN

Team Act di Somalia
                                   

Idul Adha sudah nampak di depan mata.  Tak terasa kepergiannya setahun lalu, kini hadir kembali. Pangkalan hewan qurban, memenuhi titik-titik yang biasa digunakan lahan berdagang di kota Bandung. Mereka yang datang mendayung rezeqi di Kota Kembang ini, berasal dari sentra pemberdayaan hewan di luar Bandung. Hal ini sangat menarik bagi warga sehingga selain didatangi calon muqorib, banyak pula para orang tua yang sengaja datang membawa anak-anak mereka untuk memperkenalkan hewan qurban ini.

Hari raya qurban ternyata telah membuat berkah tersendiri bagi pedagang dan warga yang terbiasa menyambi rezeqi dari transaksi hewan qurban ini. Yang  biasa jadi calo atau  makelar sudah wara-wiri di sekitar lokasi penjualan, bahkan di era digital seperti sekarang penawaran online pun sangat gampang kita temui. Bukan saja yang memiliki skil marketing, orang biasapun yang tak faham akan jual beli, banyak yang merasa tertolong karena bisa dijadikan lahan nafkah musiman setiap tahun. Ada yang menjadi tukang nyabit rumput, tukang jaga kambing bahkan menjadi lahan penghasilan bagi tukang nasi keliling.

Luar biasa, sebuah aktivitas yang disyariatkan ini, telah betul-betul membawa berkah tersendiri bagi semua kalangan. Seingat penulis, telah 9 kali melaksanakan idul adha di ibu kota Jawa Barat ini, dan selama itu belum pernah mendengar masyarakat yang penulis temui, tidak mendapat bagian daging qurban. Bahkan yang mereka dapatkan cenderung berlebih, sehingga bukan saja sekedar mendapat bagian untuk hari itu saja, namun sampai berhari-hari mereka masih memiliki stok daging qurban. Hal ini membuktikan, bahwa minat masyarakat berqurban cukup tinggi.

Padahal di daerah lain ternyata masih banyak yang merayakan hari raya Idul Adha ini, cukup dengan rangkaian sholat sunat id, bersalam-salaman dan kembali berkumpul bersama keluarganya. Mereka selalu berharap ada sebungkus daging qurban bisa menghampiri yang kemudian dapat menyantapnya hari itu. Bahkan di televisi sudah sering kita melihat, orang rela datang jauh-jauh ke kota hanya sekedar ngantri mendapat jatah daging qurban,karena di kampungnya tak ada yang berqurban. Walaupun alasannya memang variatif, ada yang memang kampung mereka adalah kampung miskin dan tertinggal, namun ada juga para Aghnia di wilayah mereka belum menyadari keutamaan berbagi dalam berqurban.

            Ada sisi lain yang penulis temui, ternyata yang mengharap ada ketukan pintu sang pembagi daging qurban, bukan semata kaum dhuafa. Yang kategori finansialnya cukup pun, mereka selalu menanti kedatangan para pembagi daging tersebut. Padahal kalau berkaca pada QS. Alhajj : 28, “maka makanlah sebagian daripadanya dan sebagian lagi berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir”. Maka jelaslah sebenarnya yang paling berhak menerima bagian daging qurban ini adalah mereka yang sangat membutuhkan. Barangkali atas  dasar inilah, sekarang banyak bermunculan lembaga-lembaga kemanusiaan yang lebih fokus dalam pendistribusian daging qurban ini, sehingga tak tertumpu pada satu titik wilayah yang sebenarnya berlebih. Kita bisa lihat bagaimana kiprah PKPU, LAZISMU, RUMAH ZAKAT, ACT dan lembaga lainnya yang terus konsen dalam distribusi daging hewan qurban sehingga lebih bermanfaat dan berdaya guna lebih. Ada nilai plus ketika daging hewan qurban ini sampai ke daerah yang rawan aqidah, karena sekarang banyak sekali pemurtadan yag dilakukan para misionaris yang merongrong kaum muslimin di Indonesia. Ada juga lembaga kemanusiaan yang cukup kita acungin jempol  karena sampai ke Plaestina dan Somalia yang merupakan negeri mukminin yang rawan konflik. Begitupun ada sekumpulan aktivis dakwah di Surabaya yang membagikan daging qurban ke masyarakat yang tinggal di Eks Prostitusi Dolly . Senyum merekah yang tersungging warga Dolly sangat menyentuh. Ternyata mereka yang selama ini termarginalkan, tapi dengan kehadiran aktivis ini, mereka bersyukur karena katanya selama ini belum pernah ada yang membagikan daging Qurban ke wilayahnya.

            Selain kasus diatas, ada pula masyarakat yang jarang bahkan hampir tidak pernah mendapatkan jatah daging kurban, lantaran tempat yang sulit dijangkau, minimnya persediaan untuk membeli hewan ternak dan tidak adanya hewan ternak di daerah mereka. Padahal momen Idul Adha sangat mereka dambakan karena Idul Adha merupakan  kesempatan terbaik dalam menikmati lezatnya santapan daging, yang hanya  dapat mereka rasakan setahun sekali atau bahkan lebih. Dapat menyantap lezatnya daging bagi mereka adalah sebuah mimpi lantaran harga daging yang terlampau tinggi ditambah dengan jauhnya tempat tinggal dari pusat kota.

Untuk mewujudkan mimpi mereka, sepertinya sudah menjadi fardhu ain bagi para muqorib untuk lebih menitik beratkan pembagian ke daerah-daerah yang sangat urgent dan membutuhkan. Agar kebahagiaan itu terpancar dari raut wajah perindu daging qurban. Sehingga tak salah kalau dari sekarang sudah dimasukkan kedalam agenda perencanaan distribusi daging.(Tiesna)