Penayangan bulan lalu

Selasa, 31 Mei 2016

RAMADHAN SEBAGAI MOMENTUM PERUBAHAN


Suatu hari, Aa Gym tak kuasa untuk melemparkan pertanyaan kepada Agung, sang adik yang cacat tapi tetap sabar dan tak pernah mengeluh. “Dik, kata dokter sakitmu sudah parah sekali. Tapi adik kok tidak pernah mengeluh?” Sang adik tersenyum lalu menjawab, “Untuk apa mengeluh? Mengeluh akan membuat orang lain susah. Kalau orang-orang beramal untuk bekal di surga nanti, saya ingin agar kesabaran saya ini bisa menjadi bekal nanti.”

Mendengar jawaban itu Aa Gym tersadar. Betapa mulianya hati sang adik. Walaupun cacat pisik yang dideritanya membuat dirinya harus dibopong setiap berangkat kuliah.
Itulah titik balik dalam kehidupan aa Gym sehingga bisa seperti sekarang ini.

Lain Aa Gym, lain pula Arifin Ilham, pimpinan majelis dzikir yang ribuan jamahnya. Pada tahun 1997 dipatuk ular, dan bisanya sudah merambah ke seluruh tubuh, sehingga banyak Rumah Sakit yang enggan menerima karena sudah kelihatan umurnya tak akan lama lagi. Tapi atas kuasaNya Arifin Ilham dapat lolos dari maut itu. Sejak itulah Arifin berubah 180 derajat hingga seperti yang kita Kenal sekarang ini.

Begitu pula Yusuf mansyur yang pernah dililit hutang milyaran dan akhirnya di penjara. Namun di Penjara itulah seolah Allah menumpahkan kasih sayang sama Yusuf mansyur, hingga dirinya berubah seperti Yusuf Mansyur yang kita kenal sekarang, ustadz Hafidz yang gemar berinfak.

So.......
Kapan kita berubah ?
Apakah nunggu moment dipatuk ular dulu seperti Arifin Ilham ? Atau nunggu masuk penjara dulu seperti Ustadz YM.

Semua orang berbeda dalam garis nasibnya. Hanya semua tentu memiliki pengalaman anugerah nikmat yang tiada tara. Dan semua itu perlu kita syukuri.

Nikmat bisa memasuki Bulan Agung Ramadhanpun adalah suatu nikmat yang tiada tara. Apalagi didalamnya ada yang disebut malam Lailatul Qodar malam yang lebih baik dari 1000 bulan.

Untuk itu saudaraku, alangkah baiknya kalau Ramadhan kali ini dijadikan sebagai Momentum perubahan.

Berubah menjadi lebih baik tentunya. Seorang yang asalnya sholat bolong-bolong, niatkan dalam diri bahwa mulai Ramadhan ini akan berubah. Yang asalnya jarang berkunjung ke orangtua jadikan Ramadhan ini sebagai pemicu untuk lebih banyak mengunjungi orangtua. Bagi seorang penulis yang selalu mentok di ide, mudah-mudahan di bulan Ramadhan dapat menambah ide dan menjadi berbuku-buku yang best seller.

Pun seorang pebisnis jadikan bulan yang penuh keberkahan ini sebagai sarana introspeksi dan menjadikan pondasi untuk lebih bagus dan terarah dalam usahanya.

Yuk berubah untuk lebih baik

(Tiesna Abu Qoila)

Senin, 30 Mei 2016

SAMENAN YANG MELEGENDA



Menjelang Ramadhan kali ini, momennya menarik karena bertepatan dengan liburan sekolah. Dan di akhir tahun pelajaran seperti ini ada acara yang sangat khas yaitu “SAMEN”. Asalnya saya berpikir bahwa semua sekolah yang ada di Indonesia akan melakukan hal seperti ini. Tapi ternyata acara samen ini sepertiya Cuma berlaku di tempat kelahiran saya di Sukabumi. Dan sebagian pelosok propfnsi Banten yang berbatasan dengan Sukabumi seperti kabupaten Lebak.
Samen itu sendiri  secara bahasa berasal dari bahasa Belanda yang berarti bersama. Maklum sebagai negeri bekas jajahan Belanda sudah tentu banyak kata yang serapan dari bahasa Kompeni ini.

Samen adalah semacam acara seremonial, pesta akhir tahun pelajaran, pembagian Raport pendidikan atau acara kenaikan kelas sekaligus perpisahan kelas 6. Kurang lebih seperti itulah kalau saya definisikan. Dan biasanya hanya berlaku untuk usia Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah saja. hemmm..... luar biasa memang tradisi ini, selalu meriah bagaikan pesta rakyat yang dinanti-nantikan. Dari setiap kelas selalu ada perwakilan kebolehannya, ada yang menari, menyanyi, drama, melawak atau pentas alat musik. Kalau sekolah punya biaya lebih biasanya akan menyewa marcing band lalu arak-arakan di jalanan. Bikin macet jalan ? oh, tentu apalagi zaman sekarang dimana kendaraan begitu banyak. Biaya untuk membuat acara meriah dan menarik ini, pihak sekolah cukup meminta biaya patungan dari orang tua murid. Bahkan tanpa diminta sekolahpun, banyak orangtua yang sudah menyiapkan uang lebih untuk acara seperti ini. Kapan lagi pikirnya ada hiburan murah meriah setahun sekali ini.

gambar dari Google


Bagi sebagian orangtua barangkali cukup mumet dengan tradisi yang tak terbendung ini. Karena akan menjadi biaya belanja di luar kebutuhan primer.  Sementara bagi sang anak sendiri, acara seperti ini akan menjadi dulang uang karena biasanya, dia akan mendapatkan uang lebih dari saudara dan tetangga, wah...... saat menulis kalimat ini, saya jadi senyum-senyum sendiri deh karena teringat masa kecil saat tinggal di sebuah desa di Sukabumi. Hal yang sangat menyenangkan buat anak-anak karena uang “pangnyecep” bisa banyak dan bisa dibeliin mainan yang selama ini diidam-idamkan. Atau mau jajan makanan yang berlebih juga bisa, karena berbagai jajanan  makanan tersedia. Dan yang paling saya ingat adalah mendekati tukang photo keliling untuk mengabadikan momen yang bersejarah ini. Setelah itu photo dipajang di rumah dijejerkan dengan photo samen tahun lalu.

Acara utama samenan ini sebetulnya pembagian raport pendidikan selama setahun. Saat yang menegangkan bagi semua murid. Apakah dirinya naik atau tinggal kelas, kalaupun naik rangking  berapa tahun ini. Dan sebagai peringkat 1 sampai 3 biasanya si anak maju ke panggung untuk menerima hadiah.

Banyak hikmah yang diambil dari samenan ini karena dengan berkumpulnya masyarakat yang terkonsentrasi di sekolah akan menambah tali silaturahim di antara mereka. Bahkan orangtua yang jarang bertemu dengan guru anaknya, disaat seperti itu bisa bertemu. Apalagi saat ini dimana sebentar lagi umat muslim akan melaksanakan ibadah shaum Ramadhan, momen Samenan bisa dijadikan sarana maaf-maafan yang sangat dianjurkan menjelang puasa.


SELAMAT SAMENAN

Minggu, 29 Mei 2016

RAMADHAN : "KEJARLAH DAKU BILA KAU RINDU"

Ingatkah anda bagaimana perasaan anda sedang jatuh cinta ? Ketika cinta bergelora, berjuta rasa menghampiri relung hati. Matapun sulit dipejamkan karena hati terpaut selalu yang tercinta. Dari romantisme cinta ini banyak lahir kisah yang mengharu biru yang tak lapuk ditelan zaman. Tengoklah kisah Ken Arok  mengejar Ken Dedes yang memperjuangkan cintanya hingga apapun dilakukan.

Ya.... jatuh cinta senantiasa melibatkan segenap perasaan, mulai dari gembira, bergairah bahkan sedih akan rasa takut kehilangan.  Energi terus memuncak dan terkonsentrasi pada yang dicintai. Hingga lahirlah puisi-puisi yang merindu, melankolis dan penuh harap.

Syahrul  Ramadhan sebuah nama  yang selalu disematkan kepadanya sebagai bulan yang selalu dirindukan oleh segenap muslim di dunia. Dirindui baginda Nabi dan selalu dinanti para sahabat, tabiin  serta para wali. Hingga lahir pula doa yang sangat mashur,
"Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan".
Sebagai sang perindu yang mabuk kepayang tentunya akan lahir pengorbanan dan perjuangan. Apapun akan dilakukan dan dipersembahkan buat sang tercinta. Dan yang dirindui juga akan membalas dengan totalitas. Mengabulkan dengan janji-janji Rabbani yang termaktub dalam hadist Nabi, “Barang siapa yang bergembira akan datangnya bulan Ramadhan, diharamkan Allah jasadnya menyentuh api neraka”. (An-Nasa’i)

Ramadhan kariim selalu membalas cinta tulus bagi yang merindukannya, tinggal pembuktian sang perindu bukan hanya sebatas kata-kata. Lakukan dengan amal perbuatan, evaluasi diri setiap saat, beribadah lebih dari biasanya. Tambahlah halaman juz dalam keseharian tilawahmu. Jangan sampai Ramadhan berlalu tanpa kesan. Bila perlu di list, amalan apa yang akan ditonjolkan untuk Ramadhan tahun ini.  Tempalah terus pribadi ini dengan berbagai kebaikan karena kita tidak akan tahu sampai kapan nyawa ini bersemayam dalam raga ini.

H-7 menuju Ramadhan

Rabu, 25 Mei 2016

IQTAROBA ROMADHON

."Bulan Ramadhan Sudah Dekat"


Tak terasa ya, perasaan baru bulan kemaren ngelaksanain shaum. Eeeee..... ternyata tinggal beberapa  Hari lagi kita bakal masuk Ramadhan. Makanya jangan heran kalau iklan sirup dan sarung seliweran. Dari sini saja, sudah kelihatan ya berkahnya Ramadhan. Ternyata Ramadhan memberikan kebaikan bagi semua orang.

Sebagai seorang muslim yang beriman, tentunya kita harus benar-benar mempersiapkan diri dalam menjalaninya. Ilmu dan pysik butuh prima agar ibadah terasa khusu. Tapi jangan lupa, bukan dua hal itu saja, sisi financial juga harus dipertimbangkan loh. Banyak  gara-gara bulan ramadhan malah bangkrut  keuangannya. Jelas saja defisit orang kerjaannya bukber mulu. 
Masa saban hari list agendanya :
 - Bukber alumni Tk
 -Bukber alumni SD
 -Bukber alumni SMP
 -dst, sampai bukber member WA..
Cape dech.....

Cakep badai tuh ucapan coach Tendi Murti di obrolan group WA beberapa hari lalu beliau bilang "kumpulin duit yang banyak biar ibadah khusu".

Jadi cerdas financial itu sangat penting ternyata. Dan di bulan Ramadhan walaupun konsumsi makanan kita berkurang, tapi tetap saja banyak hal yang perlu diperhatikan. Makanya jangan kaget kalau ada hasil survei yang menyebutkan bahwa pengeluaran di bulan Ramadhan bisa tiga kali lipat dari pengeluaran hari-hari lainnya. Yang punya perniagaan, jangan lupa kalau sudah haul satu tahun harus dikeluarkan tuh zakat 2,5%nya. Buat anggota keluarga sudah tentu dong beliin baju baru. Nah, makanya sisi keuangan harus dibenahin dulu agar puasa lebih khusu dan tumaninah.

Pelajaran berharga dari shaum adalah menahan apa-apa yang dilarang. Semua keinginan tidak dipenuhi bukan karena tak mampu tapi bermaksud menempa diri agar kita kuat lahir dan bathin. Istirahatnya organ pencernaan dalam kurun waktu yg di syariatkan ternyata akan berefek positif pada tubuh.
Untuk menjalani ibadah ini diperlukan ilmu, karena ibadah tanpa ilmu akan bermakna kosong. Banyak buku atau buletin yang isinya panduan tentang kiat shaum yang kita peroleh dengan mudah. Bahkan dengan klik di internet dengan gampangnya kita menemukan hal tersebut.
Termasuk ada kiat-kiat khusus dari segi pengelolaan belanja di bulan ramadhan. Perlakuan belanja di bulan ini sangat berbeda bila dibanding bulan lainnya. Bukan semata karena berpindahnya pola makan, tapi dibalik semua itu ada tradisi unik yang dilakukan yaitu mudik lebaran bagi para urban.
Kekuatan silaturahmi di Indonesia cukup tinggi. Mudik memang tidak wajib, tapi kekhasan ini terus berlanjut hingga sekarang. Dan semua itu membutuhkan biaya-biaya yang kalau tidak diprediksi sebelumnya maka bakal menyedot keuangan kita. Selama di kampung banyak sekali pengeluaran yang tidak biasanya dilakukan. Memberi sedikit rezeki pada sanak family atau liburan keluarga sebagai pengikat keakraban. Dan semuanya butuh biaya bukan?
Dalam menghadapi semua itu, perlu kiranya menabung dari jauh-jauh hari. Bukan saatnya menabung buat mudik tapi baru dilakukan sejak hari ini.
Saya sendiri suka melakukan budgeting kebutuhan mudik setelah mudik tahun sebelumnya. Kenali dulu pos-pos apa saja yang akan direncanakan. (Bersambung)

Senin, 23 Mei 2016

WAHAI ENTREPREUNER BERKACALAH PADA UMAR BIN ABDUL AZIZ

Sabuga, 22 Mei 2016




.
.
“Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah di masa Bani Umayah yang memerintah selama tiga tahun namun  dalam masa sejenak itu telah membuat negerinya kehilangan penerima zakat. Negara aman sejahtera  dan rakyatnya menjadi para muzaki” itulah yang saya tangkap hari kemaren melalui mulut kang Aher, gubernur Jawa Barat di acara Bandung Entrepreuners day 2016.

Nah loh, apa hubungannya seorang khalifah dan Entrepreuner....?
Setelah ditelisik ternyata keberhasilan sang khalifah dalam menata negara dan melahirkan banyak Entrepreuner kala itu, rumusnya adalah keseimbangan dalam melaksanakan hidup. Seimbang dalam urusan dunia dan akhirat. Tidak melulu dunia yang dikebut, tapi ruhiyah yang ditanamkan sang khalifah pada para pengusaha di masanya harus pula dikencangkan.

Tak mesti urusan bisnis mirip pribahasa sunda “suku dijieun hulu jeung  hulu dijieun suku” (kaki dijadikan kepala dan kepala dijadikan kaki) namun semua itu harus diseimbangkan dengan kedekatan ruhiyah pada sang Khaliq. Pembiasan  infak, amalan sunah dan masih banyak lagi amalan pendobrak jati diri untuk sukses dunia akhirat.

Wah.... wah..... wah.... andaikata saat ini ada orang sekelas Umar bin Abd Aziz, tentunya saya mau milih di coach sama beliau. Terbayang oleh saya, Umar bin Abd Aziz akan membuatkan maping bisnis dengan tahapan-tahapan yang  terarah dan jelas.
  “ Tiesna, kamu pagi-pagi bangun paling telat jam 03.00 yah, kamu tahajud, sholat  taubat dan perbanyak istighfar serta shalawat atas nabi”
“Siap Coach” sambut saya,
“Udah gitu menjelang shubuh kamu tilawah, dan sholat sunnah rawatib yang karena dengan itu, kamu akan dibangunkan istana di surga-Nya Allah. Bukankah kamu mau kaya Tiesna ? Kalau kamu mendawamkan tiap hari 12 rakaat rawatib, berapa istana yang Allah bangun di Surga-Nya kelak.”
Dibilang begitu sayapun manggut-manggut sambil berfantasi betapa super bahagianya diri saya.
“oke, saya lanjutkan ya....  Sebelum mengawali bisnis jangan lupa shalat dhuhanya harus benar dan banyak. Dan ketika kamu berbisnis, bersungguh-sungguhlah seolah-olah kamu akan hidup selamanya. Cari inovasi yang menghasilkanmanfaat pada orang lain. Ingat..... pesan Nabi, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”.

Mendengar itu dari Coach Umar bin Abdul Aziz, saya jadi merenung, “ Apakah betul saya sudah bermanfaat bagi orang lain ? apakah perlakuan saya terhadap orang tua sudah sesuai dengan perintah Allah?”

“next,..... mulai hari ini kamu biasakan infak tiap hari ya, tapi bukan berharap cash back. Tapi ikhlaskan dan tulis dalam rancangan bisnis kamu dan bandingkan dengan kebiasaan kamu saat ini. Kalau boleh tahu, kebiasaan berinfak kamu bagaimana?”
Dengan setengah kikuk dan tersipu malu sayapun mengakui kalau selama ini infak semaunya saja, itupun pas jumatan dikala bis keropak infak lewat. Dan disaat bis-bis lewat dengan suaranya yang khas, sayapun sudah menyiapkan uang kecil di saku tertentu dan khawatir ketuker dengan saku yang satu lagi yang isi uangnya lebih besar.  Lagi asyik bermain dengan dunia pikiran saya, choach Umar bertanya lagi,
“dalam sehari semalam, banyak tilawah atau baca Whatsapp?”
Gubrakkkk...... “koq nanya itu coach?” sayapun menundukkan kepala sejadi-jadinya, Android di tangan kiri seolah-olah mengajak masuk ke dalam saku. Tangan kanan mengepal keras, menyatu dengan benak  kalau ternyata banyak kebaikan yang tercampakkan. Banyak hal semu yang menutupi kisi-kisi hati, banyak Patamorgana yang menipu kehidupan ini.

Oke guys, semangat pagi dan salam jabat erat

Tiesna Abu Qoila 

Sabtu, 07 Mei 2016

AMUBA KASIH SAYANG

       Ibu tua itu masih memegang erat Handphone di tangannya. Tatapannya kosong selepas mendapat telephone dari Nenti anak ke tiganya. Masih dalam kebingungan sangat, diraihnya gelas yang berisi air zam-zam pemberian Bu ustadzah Yani yang baru kemarin pulang umroh. Sekelebat pikirannya menerawang akan nikmatnya melaksanakan ibadah Umroh atau Haji, yang sampai usianya merangkak ke kepala tujuh, tapi belum juga  terkabulkan cita-citanya itu. Pundi-pundi rupiah yang dikumpulkannya selalu terkuras sirna karena biaya pendidikan anaknya yang berjumlah enam.
      Laksana meyakinkan diri dengan zamzam yang barokah ini,  dapat membantu menghilangkan gundah gulana yang bu Sum rasakan. Diteguknya perlahan hingga membasahi kerongkongannya. Benaknya melayang dengan kisah suci bunda Hajar dan Nabi Ismail kecil. Tatkala berjuang mencari air kehidupan dengan aneka tipu muslihat azazil laknatulloh.
      Tangan kirinya yang sedari tadi masih memegang handphone, tiba-tiba memecahkan kegalauan yang menghantui pikiran Ibu Sumiati ini. Dering alat komunikasi itu ditatapnya penuh kengerian. Sepintas terlihat nama "Ilham" yang menghiasi layar ponsel jadulnya tersebut. Ilham adalah adiknya Nenti yang beberapa saat lampau menghubunginya.
Diletakkannya gelas yang masih menyisakan air zam-zam itu, lalu dipindahkannya handphone ke tangan kanannya sambil menerima panggilan.
"Assalamualaikum,Ham"
"Waalaikum salam umi" diseberang sana Ilham menjawab salam ibunya. "Umi, gimana sudah ada keputusan? Umi mau pilih hadir di acara selamatan bayi si Teteh, atau mau menghadiri wisuda aku?" Ilham mempreteli ibunya dengan pertanyaan yang sulit dijawab ibunya.
"Kenapa umi diam saja ?
Masa acara selamatan bayi saja harus umi yang report? Wisuda aku lebih penting umi, momen yang sangat istimewa dalam kehidupanku" Suara Ilham di luar kota sana, mengharap penuh sangat.
        "Insyaallah Ham, mudah-mudahan umi bisa hadir dua-duanya" suaranya melemah tak pasti. Lalu,"walaupun sebenarnya umi tak tahu apakah hal ini bisa dilakukan atau tidak?"
Ilham diujung sana mengernyit sambil membayangkan bagaimana kondisi ibunya yang selalu ngedrop pasca terkena Stroke dua tahun silam.
"Sebenarnya aku mengerti akan kondisi phisik Umi. Tapi aku merasa kehadiran umi sangat diharapkan. Aku ingin berbagi kebahagiaan kepada umi akan jerih payahku selama ini. Jadi aku mohon agar umi bisa hadir di acara wisuda nanti".
"Tapi bagaimana dengan kakakmu? Nenti juga mengharapkan sekali umi hadir di acara selamatan bayinya" Timbal bu Sum seolah mengharap agar Ilham mau mengalah.
"Umi, aku tuh sudah bosan harus mengalah terus" Ilham menimpali dengan nada ketus. "Aku tuh suka dibeda-bedain dalam hal apapun juga, ga kaya ke anak umi yang lain" Sambung Ilham seraya menyeka air mata kecemburuan.
       Ilham masih ingat, ketika Yusuf kakaknya ke-2 menikah, keluarga besar bu Sum tumpah ruah mengantarkan arak-arakan pernikahannya. Tapi Ilham tak ikut serta, malah harus bersabar menunggu rumah. Begitupun ketika adiknya Andri wisuda, bu Sum dan keluarga juga menghadirinya.
Sambil menahan geram ilham melanjutkan pembicaraan dengan ibunya, "Pokoknya kalau umi tak datang, itu mah udah kebangetan"
Jawaban Ilham membuat bu Sum terperangah, dan dengan sifat keibuannya bu Sum berusaha tenang dengan sekali-kali membetulkan kerudung kaosnya hadiah dari Riri sang puteri  bungsu.
"Ilham, tak usah bicara seperti itu sholeh. Umi tak pernah membeda-bedakan antara kamu dengan saudara yang lain. Tapi untuk yang satu ini, tolonglah mengerti posisi umi. Apalagi Ilham tahu sendiri, kesehatan umi tak sesehat dulu. Mendingan berdoa aja ya kasep, semoga semua terbaik menurut Allah"
       "Ga tahu lah umi, aku sudah nebak, pasti kalimat itu yang akan keluar dari mulut umi. Assalamualaikum....." Ilham menutup pembicaraan dengan ibunya.
"Ham..... Ham.... Ham..... " Bu Sum setengah teriak memanggil sang anak yang sudah menutup Telephonnya.
"Walaykumussalam"
@@@
"Ddddduarrrrr......." Tiba-tiba suara Abah mengagetkan Bu Sum hingga Hapenya ikut terlempar beberapa depa.
"Si Abah apa-apaan sih.... Jantung Umi mau copot nih..... Duasar si Abah .... heueu......hh" Bu Sum yang tadinya kaget jadi ketawa-ketiwi setelah tahu suara tadi kelakuan Abah suaminya. Pernikahan mereka sebetulnya tidak ideal kalau disandarkan pada standar pernikahan. Waktu menikah bu Sum baru berangkat akil baligh yaitu 14 tahun. Maklum pada saat dulu di kampung bu Sum sudah terbiasa menikah muda. Bahkan kalau usia 17 tahun belum berjodoh status "Perawan Tua" harus rela menempel di dirinya.
Sementara abah sudah jadi duda dengan dua anak dari pernikahan sebelumnya. Bu Sum mau saja dijodohkan sama abah waktu itu. Karena dia sadar hidup yatim semenjak bayi merah tiga bulan. Sementara ayahnya meninggalkannya dan lebih memilih tinggal bersama istri barunya. Makanya ketika saudara-saudaranya berembug untuk dinikahkan dengan seorang duda, bu Sum nerimo saja. Karena dengan menikah berarti sedikitnya bisa meringankan beban pamannya.
          Dari arah pintu dapur Abah tertawa lepas saking senengnya habis ngerjain istrinya hingga terkaget-kaget. "Lagian umi kayak mikirin negara aja, hulang-huleung bae" kata Abah sambil menghampiri bu Sum yang masih nepuk-nepuk dada. "Jangan terlalu mendalam, kalau nanti penyakit umi  kambuh lagi gimana?"
"Amit-amit atuh abah"
Bu Sum bilang demikian sambil menggerakkan tubuh bagian atas sebagai isyarat  tak sudi kalau ngalamin stroke lagi.
"Makanya biasa aja tak perlu panik, kita orangtua mah ga usah mikir yang berat-berat" Abah mulai bicara serius.
"Bah, ga bingung gimana coba, Nenti mau dihadiri sama Umi. Ilham juga sama, di hari yang sama dengan tempat yang berjauhan. Mendingan kalau masih di Sukabumi, ini mah Sukabumi sama Bandung" Sambung bu Sum sambil mengkibas-kibaskan tangannya ke kursi buat abah duduk. Abah menghampiri bu Sum sementara matanya tertuju akan handphone yang tergeletak di meja yang kelihatannya ada satu call lagi. "Hp bunyi tuh Umi"
"Haduh.... sama Abah atuh angkat"
Umi mengharap
"Enggak ah, takut salah pijit hehehe..." Selama ini suami bu Sum ini memang tak mau tahu dengan yang namanya Ponsel. Boro-boro ngetik sms, nerima panggilan saja selalu salah. Maksud terima panggilan malah jadi ngeRiject. Sudah berkali-kali diajarin sama anak-anaknya tapi tetap saja ga ngerti-ngerti.
      Bu Sum meraih handphonenya dan mencoba memusatkan pikiran. Tapi tetap saja jalan pikirannya buyar karena bingung tak berujung. Sementara Nenti yang nelphone di ujung sana, menanti dengan penuh harap agar panggilannya bersambut. Panggilan pertama tak ada respon, Bu Sum masih ragu karena ada perang bathin yang berkecamuk dalam dadanya. Antara tak kuasa menolak dan tak mungkin juga menghadiri acara dua-duanya  apalagi dengan tempat yang berjauhan.
       "Ada apa lagi Nenti?"
Bu Sum mulai membuka percakapan.
"Aku cuma mau mastiin saja. Bahwa pas acara nanti Umi jadi datang kan?"
"Nenti, jangan terlalu mendikte umi seperti itu. Justru hal ini membuat umi semakin bingung." Bu Sum bicara rada lantang dibanding waktu nelpon pertama tadi. Jari telunjuknya ikut diacung-acung seolah ngobrol berhadap-hadapan. Lalu katanya lagi,"Andaikan manusia bisa menyerupai Amuba yang pandai membelah diri. Mungkin sudah umi lakukan"
"Jadi maunya umi gimana?"
"Umi mau datang sehari sebelum acara saja. Biar pas hari H umi bisa ngikutin acara di wisuda adikmu"
"Ya udah lebih baik ga usah datang umi, percuma datang kesini sebelum acara mah" Nenti seolah meluapkan kekecewaannya.
       Bu Sum tambah gamang karena dalam hatinya sama sekali tidak bermaksud membedakan antara anak satu dengan yang lainnya. Segala perhatian, selalu ditumpahkan sama rata. Bahkan terkadang dia suka menutupi hal yang bisa membuat konflik antar anak-anaknya.
       Di hari H yang ditunggu-tunggu Ilham sudah mempersiapkan diri lebih awal. Dia juga tahu kalau yang pasti hadir di acara wisudanya adalah Abah dan Riri adiknya. Sementara ibunya masih belum ada jawaban. Padahal Ilham sangat mengharapkan kehadiran ibunya. Tapi dia sadar juga, karena memaksa orangtua untuk hadir dan akan terjadi jurang pemisah antara diri dan saudaranya maka kehadiran ibunya adalah malapetaka. Apalagi semalam dia selalu membayangkan wajah ibunya dan masih tergambar jelas bagaimana dua tahun lalu perjuangan bu Sum dalam melawan penyakit strokenya.
"Astaghfirullohaladzim" Desis Ilham sambil dilihatnya video umi di handphonenya yang sedang melakukan terapi jalan di salah satu terapis di sudut kota Sukabumi.
Lalu dibukanya menu phonebook untuk menelpon Nenti kakaknya.
"Teh, Umi sehat-sehat saja kan?"
"Sehat ? Koq nanya teteh?"
"Lho... bukannya Umi di rumah teh Nenti?
"Ga ada, malah teteh dari tadi mondar-mandir nanyain ke bagian penerima tamu, kalau-kalau umi datang"
Nenti dan Ilham mulai risau dengan kenyataan ini. Apa yang sebetulnya terjadi ? Pikiran mereka berbaur dengan rasa bersalah. Dan merasa khawatir kalau terjadi apa-apa dengan bu Sum.
       Dengan menenteng kantong bekas belanja sebuah Supermarket, bu Sum pamit ke tetangganya dan menitipkan.kunci rumah. Ketika tetangganya nanya mau kemana, bu Sum cuma bilang mau keluar sebentar. Wajahnya tergurat sebuah keyakinan bahwa dengan rencana yang dia buat, maka permasalahan bisa sedikit teratasi. Dia rela naik angkot sampai tiga kali untuk meluluskan tujuannya. Tempat yang dituju bukan ke Nenti yang masih satu kota, ataupun Terminal dalam provinsi  yang dapat menghantarkannya ke tempat Ilham. Yang dituju adalah sebuah rumah impian "PANTI JOMPO"


oleh : Tiesna Abu Qoila