Penayangan bulan lalu

Selasa, 28 Juni 2016

MERETAS KEKHUSUAN DALAM DEKAPAN I'TIKAF

I'tikaf, sangat populer ketika masuk 10 hari terakhir. Tentang keutamaannya,  banyak membuat kita tercengang karena begitu sarat pahala. Terutama sekali mengharapkan sebuah fadhilah malam lailatul Qodar. Sebuah malam yang full istimewa, yang diberikan untuk orang istimewa dari kalangan umat istimewa yaitu umat Rasulullah Muhammad saw.

Sebenarnya I'tikaf itu sendiri bermakna diam di masjid dengan berniat mendekatkan diri pada Allah yang Maha Rahman, Maha Rahim. Dan kegiatannyapun, tak melulu di 10 hari terakhir di Bulan Ramadhan. Karena Rasulullah sendiri selalu melaksanakan i'tikaf ini di malam lain.

Dari beberapa sabda  Nabi, yang memberi isyarat akan pentingnya i'tikaf di 10 malam terakhir. maka banyak orang yang sengaja menyempatkan diri untuk meluangkan waktunya beri'tikaf di penghujung Ramadhan ini.

Penulis sendiri untuk tahun ini berkesempatan melakukannya di Masjid Annur, milik PT Bio Farma pabrik vaksin terbesar se-Asia Tenggara. Alasannya lebih dekat ke rumah, ditambah fasilitas akses yang sangat mudah.

Masjid Annur ini terletak, di jl Pasteur bersebelahan dg RSUP Hasan Sadikin kota Bandung. Masjid ini sangat khas karena keunikan yang terpancar didalamnya. Dari mulai bentuk ujung menara, ornamen, aksesoris dan bentuk lengkungan di setiap sisinya.

Konon, karena  Masjid An-Nuur Bio Farma, merupakan bangunan Heritage yang sengaja melengkapi bangunan heritage yang ada di wilayah Pasteur. Hal ini menonjol dengan bentuk lengkungan yang selaras dengan bangunan Bio Farma dan bangunan lawas lainnya di sekitar.

Ketika masuk ke ruang utama, jamaah disuguhkan nuansa Masjidil Haram dengan replika pohon kurma, yang daunnya menyala di malam hari.

Selain kenyamanan bagi jamaah i'tikaf dengan ruangnya yang fresh, jamaah juga dimanjakan dengan fasilitas FREE makan berbuka dan sahur. Sehingga peserta tidak disibukkan harus keluar masuk makan. Semua difasilitasi pihak Pabrik Bio Farma.

Dalam membuat tulisan ini, kami sekeluarga berkesempatan I'tikaf di malam ke-26. Berbeda dengan pemburu i'tikaf lain, yang selalu hadir di malam ganjil. Karena di malam genap inilah, maka suasana lebih lengang. Bahkan ngantri jatuh makan berbuka sahur juga, sangat santai kalau dibanding malam ganjil.

Setelah tarawih, jemaah i'tikaf disuguhkan dengan siraman Rohani dari para ustadz kenamaan di kota Bandung. Dan pihak manajemen masjid sepertinya menangkap akan beraneka ragamnya latar belakang peserta i'tikaf. Makanya, ustadz yang ceramahpun bergantian tiap malamnya dan mewakili haroqah yang ada di kota Bandung.

Ibadah i'tikaf ini akan hambar bila tidak dilengkapi dengan Qiyamul lail. Sejak pukul 01.30, panitia sudah mewartakan agar jamaah bangun, untuk mempersiapkan diri menikmati Qiyamul lail yang akan dilaksanakan pukul 02.00. 

Untuk mengikuti ibadah ini agar lancar dan terasa nikmat, pysik juga harus benar-benar dipersiapkan. Karena posisi berdiri dengan alunan surat panjang tiap rakaatnya, tentu akan terasa melelahkan. Makanya, diantara mereka yang punya keluhan dengan badannya, lebih memilih sholat sambil duduk. Padahal sang Imam disini, cuma satu juz membacanya. Berbeda kalau i'tikaf di Masjid Haabiburrahman yang dua juz per malamnya. Kumandang doa Qunut Nazilahpun menyertai jamaah yang nyaris setengah jam di penghujung shalat witir.

Alhamdulillah, rasa syukur yang tak terukur, karena dekapan i'tikaf masih menghampiri. Kita tak akan mengetahui, apakah di saat mendatang, Ramadhan masih menyapa kita.

An-nur 26 Ramadhan 1437 H


Senin, 27 Juni 2016

SAHUR 5000, BUKA 50.000

SAHUR 5000, BUKA 50.000
.
.
Semangat bukber, sepertinya telah menjadi sesuatu yang unik dan terjadi di setiap komunitas.

Lihat saja, nyaris status kontak kita menampilkan photo-photo narsis saat berbuka puasa (bukber). Wajah yang sumringah nan senyum yang merekah. Plus, tak lupa upload menu makanan yang jadi santapan sore itu.

Wajah suka cita ini, bukan cerminan dari keadaan senang yang palsu. Tapi memang keadaan bahagia ini, adalah janji-Nya dimana memang orang yang berpuasa, akan diberikan dua kebahagiaan yang salah satunya adalah kebahagiaan kala berbuka.

Kalau sekali-kali acara ini boleh-boleh saja, apalagi dapat mempererat tali silaturrahim. Tapi kalau menjadi ketagihan, hati-hati karena perbuatan ini akan menguras isi .dompet kita. Terang saja, kalau masakan rumahan dengan modal 50.000 bisa buat ber-sepuluh, tapi di cafe atau restoran, 50.000 hanya puas untuk sendirian.

Mendingan, kalau bukbernya di rumah pejabat atau di "Aghniya" alias orang kaya. Bahkan kalau di orang seperti ini, selain puas makan selalu ada salam tempel juga.
Tapi..... Ga sembarang juga bisa makan di tempat seperti ini, harus ada kedekatan tersendiri pada pengundang.

Nah, ada bagusnya agar hati plong, jadikanlah bukber sebagai bagian dari perencanaan keuangan kita. Masukkan kegiatan ini sebagai bagian dari biaya liburan atau rekreasi bulanan anda. Sisihkan sedikit dari penghasilan, untuk supaya bisa berbuka bareng.

Minggu, 26 Juni 2016

JANGAN ADA NARKOBA DI ANTARA KITA




Mendengar kata narkoba, mengingatkan pada sosok manusia kurus kerempeng, mata sayu tak bertenaga, pipinya tirus pucat dan lekukan tulang yang kelihatan. Dan kalau diilustrasikan, disampingnya ada bong penghisap ganja, jarum suntik dan beberapa pil syetan. Sangat mengerikan, dan orang tua yang penyayang pasti bilang, “amit-amit jabang bayi, kalau punya anak hamba narkoba”.

Sahabat semua, tanggal 26 juni  adalah Hari Anti Narkoba Internasional.  Kita memperingatinya tak perlu upacara bendera seperti hari kemerdekaan. Tapi marilah sejenak memikirkan dari bahaya narkoba ini yang merongrong peradaban Indonesia.

Ironis memang, orang pada kenal akan bahaya narkoba, tapi dari hari ke hari, seakan bertambah saja pengguna narkoba ini, setiap hari di berbagai media selalu ada saja yang tersandung narkoba. Bahkan jika yang tersandung kasus ini seorang  public figur, seperti artis atau pejabat, beritanya sungguh masif dan cetar membahana. Bahkan digoreng sedemikian rupa hingga berita menjadi sangat menarik dan memiliki nilai jual. Padahal pengguna narkoba ini, dari kalangan biasa juga banyak, bahkan boleh dibilang lebih banyak.

Kalau melihat fenomena seperti ini sepertinya sudah pas kalau negeri tercinta ini termasuk kategori “DARURAT NARKOBA”. Beberapa bulan lalu, kita dikagetkan oleh tertangkapnya bupati terpilih di Sumatera selatan. Orangnya muda, tampan, energik, mapan, dan memiliki keturunan yang baik, karena orang tuanya adalah mantan bupati juga. Tapi gara-gara narkoba ini, karier, reputasi, keluarga semua jadi korban.

Sudah jelas bahwa ini merupakan sebuah ancaman bagi para pemuda Indonesia untuk masa depan bangsa dan juga masa depan dirinya. Benar-benar ini tugas bersama, bukan saja para orang tua dan guru, tapi menjadi tugas negara dan para elemen didalamnya. Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba benar-benar telah merusak karakter manusia, merusak fisik, dan kesehatan masyarakat. Dan bila dibiarkan, maka Indonesia di masa yang akan datang barangkali Cuma cerita saja, naudzubillah.

Dari data yang dirilis tahun 2014 oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), menunjukkan angka prevalensi penyalah guna Narkoba sebanyak 2,18% dari total penduduk Indonesia, atau kurang lebih sekitar 4 juta jiwa. Itu yang baru terdeteksi BNN. Jumlah yang fantastis kalau dibandingkan dengan jumlah pengusaha Indonesia yang masih dibawah angka 2%. Kalau hal ini terus dibiarkan, bisa jadi penyalah guna narkoba ini, akan menjadi 5 juta jiwa untuk tahun 2020.

Dari data BNN tersebut, ternyata penggunanya bukan melulu remaja.  Tapi pemakainya menyebar dari angka 10-59 tahun. Sangat mnyedihkan, apalagi peningkatannya sampai 2x lipat dibanding hasil penelitian 2008.

Ketahanan keluarga sangat dominan, orang tua saat ini harus melek informasi tentang narkoba. Pendekatan agama sangat penting sejak dini, agar  buah hati tak termakan dari lingkaran syaithan yang mematikan ini.

Penyebaran narkoba ini sangat tumbuh subur di Indonesia. Bahkan sasarannya, bukan hanya dewasa, tapi termasuk bocah yang masih polospun jadi sasaran empuk para durjana. Beberapa waktu lalu, kita dikagetkan dengan ditemukannya permen yang digandrungi anak-anak yang ternyata mengandung zat adiktif yang membahayakan karena membuat orang tersebut jadi ketagihan.

Istilah "Narkoba" itu sendiri merupakan akronim dari Narkotika dan obat-obatan terlarang. Narkotika yang memiliki pengertian, "Zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya, dengan memasukkan ke dalam tubuh". Pengaruh tersebut bisa melalui pembiusan, hilangnya rasa sakit, semangat yang tiba-tiba menyala, bahkan di banyak kasus, orang yang menjadi penghamba narkotika seringkali timbul halunisasi dengan khayalan-khayalan.

Ada 3 Golongan Narkotika :
  1.  Kategori sangat berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi, biasanya digunakan untuk penelitian yang sifatnya ilmiah. Contohnya : ganja, heroin, kokain, morfin, Dan opium.
  2. Kategori narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya : petidin, benzetidin, dan betametadol.
  3. Kategiri dengan zat adiktif ringan, seperti kodein dan turunannya.
Selain Narkotika, yang termasuk narkoba ada psikotropika dan zat adiktif lainnya.

psikotropika

psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif  melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang mengakibatkan perubahan khas pada aktivitas normal.

Sedangkan yang dimaksud zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psykotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Misalnya rokok,tiner,  cat bensin, dan jenis lainnya yang memabukkan.

Setelah mengenal jenis narkoba, tugas kita adalah mengedukasi keluarga, tetangga dan seluruh masyarakat Indonesia untuk menjadikan Narkoba sebagai musuh utama. Mengapa musuh utama ? karena kalau hal ini dibiarkan, maka akan merusak generasi bangsa, yang pada gilirannya bangsa ini akan lemah dan akan dikuasai bangsa lain. Dan bisa jadi nama Indonesia tinggal kenangan.

(Tiesna)

Kamis, 23 Juni 2016

TAK SELAMANYA PUASA BIKIN SEHAT


Judul diatas, saya ambil dari pernyataan seorang dokter, yang jadi peserta pelatihan KMO batch 6. Beliau bicara seperti itu, karena berdasarkan survei yang dilakukan di Rumah Sakit tempatnya bekerja, justru pasien meningkat selama bulan Ramadhan ini.

Begitu pula hasil obrolan saya dengan warung yang ada di sekitar. Ternyata obat seperti Para**X, Pan**ol, Prom*g menjadi paling laris selama bulan Ramadhan. Bahkan untuk obat maag, mengalami peningkatan yang signigikan.

Padahal, jauh-jauh hari kita sering mendengar ungkapan "Puasa itu menyehatkan". Bahkan, hasil penelitian banyak yang menceritakan tentang manfaat puasa bagi kesehatan tubuh.

Salahsatu alasan baiknya puasa yaitu karena ketika puasa, maka konsumsi makanan dan juga minuman yang kurang menyehatkan tubuh dapat dibatasi. Sehingga dampak buruk dari makanan & minuman yang kurang sehat tersebut dapat diminimalkan.

Bagi penderita jantung, ternyata terapi puasa sangat bagus, karena dengan puasa, HDL dalam tubuh bisa meningkat, sementara LDL bisa turun. Sehingga dengan kestabilan kolesterol dalam darah yang bagus, maka kesehatan lebih terjaga.

Dari segi kejiwaan juga, puasa bisa lebih menenangkan jiwa dan pikiran. Karena selain makan dan minum, emosi kitapun harus dijaga, sehingga efek positif bagi tubuh.

Lantas, mengapa jadi pada banyak yang sakit ? Pasti ada yang salah deh. Ibarat sebuah TV kalau penggunaannya keluar dari Buku Panduannya, maka pasti akan terjadi yang membahayakan.

Dan bila puasa yang berdasarkan penelitian menyehatkan, tapi yang terjadi sakit berarti ada yang melenceng dari SOP-nya.

Rosululloh mencontohkan berbuka dengan beberapa butir kurma, dan beberapa teguk air. Tapi dalam pelaksanaannya saat ini, justru ta'jilnya "bala-bapa" dan gorengan lainnya. Kemudian kolak bersantan dalam porsi besar serta kudapan lain yang jelek buat kesehatan. Sesuatu yang berlebihan, hasilnya suka Jelek.

Ditambah lagi punya kebiasaan, habis sahur tidur lagi. Ini yang sebenarnya mengundang penyakit. Padahal zaman Nabi, habis sahur atau subuh mereka berlomba-lomba beribadah sampai terbit matahari, karena pahala yang luar biasa.

Selain dari pola makan yang kurang aman buat tubuh, ditambah ngasah ruhiyahnya yang tak sesuai anjuran Nabi. Yang harusnya perbanyak tilawah Alquran, tapi zaman sekarang banyak terinterupsi dengan gadget atau sinetron.

Wallohu'alam

KEBAHAGIAAN YANG TAK SESUNGGUHNYA

MENU BUKA PUASA

.
Awal ceritanya lahir dari sebuah komunitas bisnis, yang anggotanya beragam dari yang muslim dan non muslim. Sehingga yang dikedepankan adalah irisan kebersamaan, yang tentunya demi kepentingan bisnis itu sendiri. Sebagai peserta komunitas, mau tidak mau sayapun mengikuti aturan tersebut, dengan catatatan tidak melanggar akidah saya.
Karena sekarang lagi gandrungnya buka bersama, maka komunitas inipun melakukan buka bersama. Tanggal dan tempat disepakati, lengkap dengan aturan teknis dan kapan mulai harus datang ke tempat bukber. Panitia bukber, tentunya sudah standby dari asyar, nongkrongin meja karena khawatir ga kebagian tempat.
Sejam sebelum maghrib, pesertapun berdatangan. Tak banyak sih, Cuma ada 15 orang dari 20 member yang ada. Obrolan terus mengalir dari nanya kabar keseharian, sampai jurus-jurus jitu dalam berbisnis. Sekali-kali, peserta muslim menanyakan kabar tentang ibadah shaumnya dan tarawihnya bolong apa belum. Ngobrol persiapan mudik, dan kelengkapan pernak-pernik lebaran.
Tiba 15 menit menjelang maghrib, pelayan restopun menyiapkan pesanan kami. Tiga biji kurma dan satu mangkuk mini kolak disediakan sebagai pembuka tajil. Yang katanya 2 menu tersebut FREE alias tidak bayar. Sudah barang tentu, melihat menu seperti itu, setelah nyaris 13 jam menahan haus dan lapar, air liurpun naik turun. Hemmm......
Waktu yang ditunggupun telah tiba, adzan maghrib berkumandang menghiasi angkasa kota Bandung. Senyumpun tersungging manis, rona bahagia terpancarkan dari semua peserta. Ada yang menjadi ketertarikan saya saat itu, benarkah yang non muslim itu merasa bahagia seperti apa yang kami rasakan ? Gelak tawa yang membuncah, dan beberapa ledekan ringan yang mempererat kekakrabanpun menyertai acara buka bersama itu. Tapi tetap saja, pertanyaan itu saya rasakan bagai sebuah bahagia yang semu. Beratnya usaha kami dalam berpuasa, bukan hanya menahan haus dan lapar, tapi ada aktivitas lain yang harus dikerjakan. Yang semua itu tidak mereka rasakan.
Di tajil kata kemarin, saya menuis tentang dua kebahagiaan yang akan didapatkan oleh orang yang berpuasa. Yang pertama, bahagia ketika berbuka dan yang kedua bahagia ketika berjumpa dengan Allah subhanahu wa ta’ala. Bagi yang non muslim, saya tak melihat dalam senyum dan tertawanya sebagai sebuah kebahagiaan. Semua terlihat semu dan kepura-puraan, karena mereka tak diberikan Allah kebahagiaan yang kami peroleh. Apalagi kalau berbicara tentang kebahagiaan pertemuan dengan wajah Allah yang nikmatnya tiada bandingan. JAUH dan SANGAT JAUH.
Selepas ta’jil berlangsung, kami yang muslim, pamit dahulu karena harus menjalankan shalat maghrib. Tidak ada niat balas dendam karena lapar, sehingga akan menghabiskan seketika itu juga. Beberapa teman ada juga yang mau melahap langsung semua makanan, tapi satu kode dariku yaitu mengangkat kedua tangan ibarat gerakan takbiratul ikhrom, mereka sepakat untuk meninggalkan tempat berbuka. Disini juga kami merasa diperhatikan Allah, merasakan bagaimana Arrahman Arrahiim menunjukkan kasih sauangnya terhadap kami. Kalau sekiranya Allah tak menjaga kami, barangkali kami harus ikut dalam kebiasaan mereka.

Ini adalah sebuah pergaulan hidup antar manusia, dan Rosulullahpun selalu berhubungan baik dengan yang namanya nasrani dan yahudi tapi dalam koridor muamalah saja. Sedangkan kalau yang namanya akidah, kita harus senantiasa menjaganya. Kalau hanya berbuka bersama, saya merasakan hanya sebuah pergaulan biasa saja. Akan tetapi, kalau hal ini harus ada tuntutan sebagai utang dan natal kami harus datang. Itu urusannya berbeda. Karena hal itu sudah masuk ke ranah akidah yang tentu harus kita selamatkan. Jangan karena alih-alih toleransi, keimanan tercoreng karena tak memiliki pengetahuan tentang hal ini

Selasa, 21 Juni 2016

2 KEBAHAGIAAN BUAT MEREKA YANG BERPUASA

Semua pekerjaan tentunya akan melahirkan sebuah "hasil". Dan dari hasil tersebut, maka akan muncul yang namanya harga. Proses dalam mengerjakan inilah, maka akan timbul upah dari pekerjaan tersebut. Dan upahnya bisa dinikmati saat itu pula, ada yang harus menunggu seminggu, sebulan, bahkan ada yang harus rela dirafel.

Begitupun ibadah shaum, ibadah yang satu ini, memang sangat spesial, dan pahalanya untuk Allah. Karena khusus buat Allah inilah maka pahalanya bisa lebih dari besar dalam kelipatannya.Berbeda dengan amalan lain yang dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan hingga lebih dari dari itu.

Seperti sabda Rasulullah dari Abu Hurairah,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

"Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)

Bagi shoimin itu sendiri ternyata Allah telah memberikannya dua kebaikan kebahagiaan, yang  pertama adalah ketika berbuka, dan kebaikan berikutnya saat perjumpaan dengan Allah azza wajala.

1. Kebahagiaan ketika berbuka, tentu kita sering merasakannya. Aliran seteguk sirup yang membasahi kerongkongan, atau manisnya kudapan kolak begitu nikmat terasa. Selain itu, kita bisa merasakan bagaimana dahsyatnya berkumpul bersama keluarga, setiap kali berbuka. Kalau di hari biasa, makan bareng sangat jadi langka, tapi untuk ramadhan selalu disiapkan. Sungguh ISTIMEWA.

2. Kebahagiaan Bertemu Allah
Inilah Kebahagiaan hakiki yang benar-benar bahagia. Karena perjumpaan dengan Allah adalah ziyadah (tambahan) nikmat disamping kenikmatan surga. Oleh sebab itu, ketika berdoa dalam berbuka, selayaknya kita juga berdoa, agar mendapatkan juga kenikmatan berjumpa dengan Allah.

Dari seorang sahabat yang mulia, Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah ta’ala berfirman: “Apakah kalian mau tambahan nikmat (dari kenikmatan surga yang telah kalian peroleh)? Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Dan Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka? Kemudian Allah singkap hijab (penutup wajahNya yang mulia), dan mereka mengatakan,

فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزٌّ

“Tidak ada satupun kenikmatan yang lebih kami cintai dari memandang wajah Allah Ta’ala.” (HR. Muslim no. 181).

Begitulah sahabat semua, sebuah nikmat perjumpaan dengan Allah adalah yang sebenarnya. Dan kenikmatan berbuka, bisa jadi hanyalah kamuflase belaka.

Semoga kita semua dapat berjumpa dengan Allah Subhanahu Wa 'ta'ala.

آمين يا مجيب العدوة

MUHASYABAH DI PERTENGAHAN RAMADHAN

Suasana buka bersama

15 hari sudah kita bercengkrama dengan yang namanya Ramadhan. Sebuah bulan yang kata bulan sya'ban adalah bulan yang dirindukan. Bulan yang ditunggu semesta karena segala amal diganjar berlipat ganda.


15 hari sudah cukup, dimana perut kita beradaptasi dengan yang namanya ibadah shaum. Perut tak protes lagi dan mulai terasa ringan dengan kondisi sekarang. Bahkan anak yang sedang menyusupun, sudah mulai terasa biasa, berbeda dengan awal dibawa shaum.
Berdoa sebelum berbuka



15 hari ini, apa yang sahabat rasakan dalam ruhiyah ibadah ? Sudahkan "Feel" Tilawah menghunjam masuk ke dalam dada ? Bergetarkah waktu menyebut nama Allah ? Kalau itu biasa-biasa saja, tak ada beda dengan sebelumnya. Itu mungkin, karena banyaknya dosa yang menebal, yang belum kita taubati.


15 hari sudah dilalui, tadarus di masjid-masjid begitu hidup. Golongan bapak-bapak di malam hari, dan ibu-ibu di pagi sampai menjelang siang hari. Pemandangan ini hanya bisa ditemui di bulan Rahmat ini, bulan dimana telah diturunkannya Alquran.  Ketika melihat hal serupa ini, timbul kekaguman dan berharap kalau selamanya seperti bulan Ramadhan.


15 hari telah berlalu, tilawah kita terasa biasa atau seperti hari biasa. Itu sudah dipastikan bahwa gaung rindu di bulan sya'ban adalah Rindu yang palsu. Apalagi kalau di bulan ini sampai tak mau membaca Alquran, sudah dapat dipastikan kalau di bulan lain, lebih jauh dan tak mau interaksi dengan Alquran.


15 hari yang tersisa, gunakan selalu selagi umur masih dikandung badan. Jangan sampai menyesal karena yang dirindu akan meninggalkan kita. Perbanyak istighfar agar tebalnya dosa, dapat Allah tipiskan dan perlahan bersih kembali. Bayangkan dosa-dosa yang kita lalui, betapa itu akan membuat malapetaka di kemudian hari. Saat inilah untuk bertaubat dan membenci untuk tidak melakukanlah lagi.


15 Hari lagi, masih ada saat untuk mengencangkan segala amal. Bertakorub sedekat-dekatnya hingga erat tak terpisahkan.

Minggu, 19 Juni 2016

HARGAI YANG PUASA ATAU YANG TIDAK PUASA


Kalau saja judul diatas, dan dijadikan pertanyaan kepada ibu saya, pasti jawabannya "Hargai Orang Berpuasa".

Dulu..... dulu sekali, ketika saya belum kuat berpuasa, lalu saya makan diluar, umi biasanya ngacungin telunjuk sambil sedikit mengeluarkan bola matanya, "Tis, ayo masuk ke dalam ! Malu makan diluar, Hargai Orang Berpuasa".

Setelah beranjak besar, dan sudah mulai berani main ke kota kecamatan, (Cisaat) barulah saya tahu ternyata kalau orang dewasa ada juga yang ga puasa. Dan makannya di warung tertutup, nyaris ga ada hawa.

Lanjut.......
Dan ternyata makin kesini, tirai tertutup itu, mulai tersingkap. Dan kaki-kakinya yang jadi saksi, karena keatasnya masih tertutup tirai. Tapi walaupun sudah agak berani kalau tidak puasa,  tetap, aturan "Hargai Orang Berpuasa" masih berlaku.

Ya... Inilah Indonesia yang selalu menjungjung tinggi norma Agama. Yang setiap sekolah belajar Akhlaq Dan PMP (Pendidikan Moral Pancasila).

Dan hari ini, masih di Indonesia, selogan "Hargai Orang Puasa" perlahan-lahan karam, bahkan yang muncul "Hargai Orang Yang Tidak Puasa".

Dulu..... ibu penjaja nasi itu sembunyi-sembunyi kala menawarkan menawarkan makanannya. Bukan takut sama satpol PP, tapi selogan "Hargai Orang Puasa" masih terpatri dalam dirinya.

Tapi hari ini, ibu warung penjaja nasi itu sudah perfect jadi Pahlawan. Donasipun berdatangan, masuk ke dalam pundi yang penuh simpati.

Dia tidak jadi cibiran para Netizen, malahan dapat pujian dari pemangku negeri. Simpati bergulir, karena tangisan kamuplase yang meluluh lantahkan arti sebuah Ideologi. Dan kini ibu itu jadi Srikandi "HARGAI ORANG YANG TIDAK PUASA".

Jumat, 17 Juni 2016

PERLUKAH HUKUM KEBIRI DITERAPKAN ?

Mendengar kata "KEBIRI", terlintas dalam pikiran saya ketika masih kanak-kanak, bahwa kebiri dilakukan untuk domba jantan, dengan tujuan untuk penggemukan saja. Yaitu hanya butuh dagingnya saja, karena domba yang dikebiri, tidak banyak bergerak walaupun disatukan dengan domba betina. Karena tak memiliki fungsi reproduksi

Dan hari ini, kata Kebiri kembali muncul. Di setiap media masa bahkan obrolan ibu-ibu di kala "ngabeubeurang" bulan puasa. Kebiri yang menjadi hangat hari ini, yaitu sejenis hukuman untuk pelaku pemerkosaan. Bahkan presiden Joko Widodo pun, membuat Perppu (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang) yang salah satunya tentang hukuman kebiri bagi kaum Pedofilia.
Kalau ditelaah dari teknis kebiri yang ada di Perppu tersebut, dengan kebiri yang saya ketahui terhadap domba, memang sangat jauh berbeda. Pengebirian yang dimaksud sepertinya tidak terjadi rasa sakit seperti pengebirian terhadap hewan, karena kebiri masa kini menggunakan teknik kimiawi, hanya tujuan sama yaitu menghilangkan fungsi sexual.

Soal hukuman kebiri inipun, ternyata melahirkan pro kontra di masyarakat. Kalau yang saya kutip dari rumpian ibu-ibu, mereka banyak setuju dengan alasan betapa jahatnya pelaku pemerkosaan tersebut. Harap dimaklum memang, akhir-akhir ini kasus kejahatan sexual begitu membuat geram. Bahkan telah memunculkan rasa takut bagi yang memiliki anak gadis.

Sementara para penggiat HAM menolak hukuman ini dengan alasan kemanusiaan. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga ikut bicara, karena pengebirian ini melanggar kode etik, (Liputan6.com 30/05/2016).

Sementara PKS memandangnya dari berbagai sisi. Dari sisi spirit atau semangatnya, Sohibul melihat ada semangat pemberantasan kejahatan seksual yang kuat, yaitu dengan menjatuhi hukuman berat bagi pelakunya. Namun, dari segi kemanusiaan, ia melihat ada banyak dampak yang sifatnya berkepanjangan."Masalahnya ketika kita tidak memberikan hukuman yang lebih berat, mungkin bagi rasa keadilan yang mendapat perlakuan kekerasan seksual itu jadi sesuatu hal yang adil," kata Sohibul. Namun, mengenai sikap resmi partai, Sohibul mengaku masih mau mempelajari beberapa hal terlebih dahulu.

Kalau melihat sejarah Islam, ternyata pengebirian ini pernah diperbincangkan pada zaman Rasulullah, dan beliau melarangnya.
Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma menceritakan,“Kami pernah berperang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi sallam sedang ketika itu tidak ada wanita pada kami.” Maka kami bertanya : “Apa sebaiknya kita kebiri diri kita ?” Maka Beliau melarang kita untuk melakukannya”.

Walaupun secara kontekstual berbeda, karena pada masa kini pengebirian bertujuan untuk hukuman pemerkosa, akan tetapi sebagai muslim, kita wajib mengimani sabdanya. Karena Hadist Nabi, semua berdasarkan ilmu dan dalam tuntunan Allah swt. Dan hukuman perkosaan sama dengan hukuman bagi pezina yaitu di rajam.

Melihat kasus pemerkosaan yang marak seperti ini, pakar seksolog dr. Boyke Dian Nugraha angkat bicara. Boyke menilai “hukuman kebiri bagi para pelaku kejahatan seksual kepada anak-anak tidaklah efektif. Alasannya, pelaku kejahatan seksual pada anak masih berpotensi melakukan aksi kejahatannya selama kondisi mentalnya tidak diobati”. Yang terpenting menurutnya justru yang harus diantisipasi adalah akar penyebabnya. Maraknya film porno adalah salah satunya. Dan inilah yang harus diantisipasi oleh orang tua dan pemerintah.(Tiesna)