Penayangan bulan lalu

Senin, 30 November 2015

Nyantri Itu Keren Loh.......





              Dalam zaman yang serba modern ini, segala hal bisa didapatkan dengan mudah. Orang sering bilang inilah yang disebut era digital, era globalisasi atau apapun namanya ternyata telah menyumbangkan efek positif dalam berbagai segi kehidupan. Namun dibalik semua itu ketahanan keluarga sangat dibutuhkan dengan terus bahu membahu untuk membentengi anggota keluarganya dari efek negatif modernisasi.

             Atas dasar itulah maka dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, mandiri, kreatif dan tangguh dalam mengisi kehidupan kedepannya. Dan peran pesantren sangat dibutuhkan untuk menjawab tantangan ini.

             Kenapa Pesantren?
Karena disana tempatnya orang menimba ilmu bukan hanya sein atau  iptek saja tapi wawasan keagamaan yang merupakan tonggak utama dalam kehidupan diajarkan. Sehingga ada keseimbangan yang cantik dalam mewujudkan seseorang menjadi pribadi unggul dan berakhlaqul karimah. Dan kwalitas diri seperti inilah yang diperlukan sebagai penerus tonggak sejarah dan menjaga harga diri bangsa di mata dunia.

           Baik, sebelum meneruskan peran santri dan pesantren lebih jauh. Saya akan menjelaskan terlebih dahulu tentang apa itu pesantren beserta sejarahnya.

1. Definisi Pesantren

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesantren memiliki arti asrama atau tempat santri belajar mengaji atau menuntut ilmu agama islam. Ada juga yang mengartikan bahwa pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat "tradisional" untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian.

Pondok pesantren secara definitif tak dapat diberikan batasan yang tegas melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yg memberikan pengertian pondok pesantren secara komprehensif.
Bahkan dalam perjalanannya pondok pesantren yang pada awalnya dianggap sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, kini mulai berubah karena sentuhan kekinian ada didalamnya.

Selain makna pesantren yang secara definitif tak ada batasan. Makna "santri" yang merupakan penghuni pondok pesantren itu sendiri, memiliki arti beragam.
seorang peneliti bahasa bernama johns mengungkapkan bahwa kata santri berasal dari bahasa tamil yang mempunyai makna "guru mengaji". Sedangkan C.C. Berg berpendapat bahwa istilah santri berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India berarti "orang yang mengetahui buku-buku suci agama Hindu" Selain itu, ada yang berpendapat bahwa santri berasal dari bahasa sanskerta atau bahasa jawa yakni "Cantrik" yang bermakna orang yang selalu mengikuti guru.

Sementara itu menurut ulama Jawa kata "santri" memiliki makna yang cukup luas untuk ditelusuri.
Seperti yang disampaikan KH Daud Hendi Ismail dalam penjelasannya,bahwa kata Santri jika ditulis dalam bahasa arab terdiri dari lima huruf  (سنتري), yang setiap hurufnya memiliki kepanjangan serta pengertian yang luas.

1. Sin (س) adalah kepanjangan dari سَافِقُ الخَيْرِ yang memiliki arti Pelopor kebaikan.

2. Nun (ن) adalah kepanjangan dari نَاسِبُ العُلَمَاءِ yang memiliki arti Penerus Ulama.

3. Ta (ت) adalah kepanjangan dari تَارِكُ الْمَعَاصِى yang memiliki arti Orang yang meninggalkan kemaksiatan.

4. Ra(ر)  adalah kepanjangan dari رِضَى اللهِ yang memiliki arti Ridho Allah.

5. Ya (ي) adalah kepanjangan dari اَلْيَقِيْنُ yang memiliki keyakinan

Terlepas dari itu semua, dapatlah diambil kesimpulan bahwa  secara umum pengertian kata "santri" adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan Ilmu Agama Islam di suatu tempat yang dinamakan pesantren, biasanya menetap di suatu tempat tersebut hingga pendidikan selesai.

2. Sejarah Pesantren

Berbicara kapan asal mula tumbuh pesantren di Indonesia sama halnya berbicara kapan Islam masuk ke Nusantara. Karena pada mulanya para pemuka agama inilah yang mengumpulkan orang-orang untuk belajar tentang Islam. Dan bahkan para santri yang sengaja datang berbondong-bondong untuk mendalami soal Agama. Sehingga pemuka agama atau yang lebih familiar sekarang dipanggil kiyai menempatkan mereka di samping rumahnya. Sehingga lahirlah pondok-pondok yang merupakan berawal dari bahasa arab yakni funduuq ( فندوق) yang bermakna tempat menginap.

Sudah menjadi pribahasa dimana ada gula disitu ada semut. Begitupun pada perjalanan sejarah dunia pesantren. Para santri ikut andil bagian dengan menceritakan kepada umum tentang bagaimana kehidupan di pondok pesantren sehingga para orang tua merasa tertarik untuk memasukkan anaknya. Maka wajarlah kalau kita membaca sejarah Walisongo, banyak dari para wali tersebut sangat erat dalam hal kekerabatannya. Bahkan masih terkait hubungan antara murid dan gurunya.

Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan sistem bermukim seperti ini, telah dimulai sejak tahun 1596. Hal ini bisa kita lihat dari sejarah datangnya bangsa Portugis ke Nusantara yang pada saat itu di Aceh sudah ditemukan dayah. Dayah adalah sebutan dalam bahasa Aceh yang berarti pondok pesantren.
Bahkan dalam catatan Howard M. Federspiel- salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 sudah banyak  pusat-pusat studi di Aceh,di  Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi)
Dari hasil penelitiannya telah ditemukan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk belajar.

3. Peran Pesantren dari masa ke masa

Keberadaan pondok pesantren yang pada awalnya diperuntukkan untuk mendalami Agama islam. Tapi dengan berjalannya waktu ternyata perannya cukup berarti dalam masyarakat dan bangsa Indonesia.

Salah satu peran strategis di era pra kolonial, pesantren merupakan sentral terpenting dalam penyebaran dan sosialisasi agama Islam.

Pesantren dengan figur kiayi atau wali juga memiliki kekuatan politis untuk melegitimasi sebuah kekuasaan seperti yang terjadi pada kasus kerajaan Demak dan Pajang.
Peran politis tersebut semakin kental pada era kolonial Belanda, dimana hampir semua peperangan melawan pemerintah kolonial Belanda bersumber atau paling tidak mendapat dukungan sepenuhnya dari pesantren.
Tengoklah kisah heroik pangeran Diponegoro atau Imam Bonjol. Yang notabene mereka adalah salah satu yang yang terlahir dari pesantren.

Begitupun di era perjuangan dalam merebut kemerdekaan banyak basis perjuangan dan organisasi yang lahir dari pesantren. Munculnya NU yang dibidani KH Hasyim Ashari, Muhammadiyah dengan KH Ahmad Dahlan dan masih banyak Ormas lainnya. Hal ini membuktikan betapa pesantren menaruh andil besar dalam pergerakan perjuangan bangsa.

Pada masa pasca-proklamasi kemerdekaan pesantren dihadapkan pula dengan tantangan yang cukup berat yaitu adanya ekspansi sistem pendidikan umum. Hal ini tak dapat dipungkiri karena kondisi masyarakat yang sangat membutuhkan dengan perubahan-perubahan baru. Dan salah satu upaya agar eksistensi lembaga pendidikan pesantren tetap berlangsung maka adaptasi dengan menerima dinamika pendidikan tetapdijalankan dengan tidak mengenyampingkan khas kepesantrenan.

4. Kategori Pesantren

Faham atau madzhab dalam islam memang beragam dan masing-masing punya karakteristik masing-masing. Sehingga berpengaruh terhadap sebutan pondok pesantren, Ada yang memberi label pesantren NU, pesantren Persis,pesantren Muhammadiyaah,pesantren Salafi dan masih banyak istilah lain yang disematkan terhadapnya.

Namun pada kesempatan ini saya tidak membahas dari segi madzhab tersebut, tapi saya akan melihat dari faktor lain.
  • Dilihat dari tipologi yang umum, pesantren terbagi menjadi empat bagian :
  1. Pesantren Salafi
Disebut pesantren salafi atau salafiah karena pesantren tersebut mempertahankan materi pelajaran yang bersumber dari kitab kelasik atau yang lebih dikenal dengan kitab kuning tanpa ada tambahan pengetahuan umum. dan metode yang diterapkan disini adalah metode sorogan dan balaghan. Metode sorogan dimana para santri mengaji kitab bersama-sama dan ustadz membimbingnya. Biasanya sang ustadz membacakan kitab dan maknanya dengan kencang dan santri mengulang beberapa kali. Hal ini biasanya dilakukan bagi santri level awalan. Sedangkan level balaghan, ustadz membacakan dan mengajarkan dan santri menyimak sambil menuliskan akan terjemahan kitab tersebut. Kalau istilah saya waktu nyantri, ini namanya ngalogatan. Lebih tinggi tingkat kemahiran santri speed terjemahan juga lebih cepat.
2. Pesantren Khalafi

    Di pesantren ini sistem pengajaran sudah menganut sistem kelas dan berjenjang dan biasanya selain ilmu agama, ilmu umum dan pengasahan skill juga digembleng disini. Sebetulnya di bagian khalafi ini bisa dibagi lagi dan dikelompokkan dengan sebutan pesantren tradisional dan pesantren modern. Istilah ini sebetulnya muncul sekitar era tahun 80-an dengan dimotori oleh pesantren Gontor Jawa Timur. Dimana di pesantren tersebut cara belajar dan situasi yang diarahakan agar santri lebih konsen belajar. Santri tidak harus mencuci pakaian sendiri karena ada bagian yang mencucikan. Pas waktu makan santri tidak harus berlelah-lelah mempersiapkan makanan. Skill bahasa juga diasah, dimana santri hanya boleh berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Sejak itulah pesantren jenis khalafi ini terbagi dua ada yang tradisioanal dan ada yang moderen.

    3. Pesantren terintegrasi
    Pesantren jenis ini lebih menekankan pada kejuruan atau target tertentu. Biasanya yang mengadakan jenis pesantren ini adalah dinsos dengan mengumpulkan anak jalanan atau yang putus sekolah.
     4. Pesantren Kilat
    Pesantren kilat lebih ditekankan pada pengisian waktu luang. Biasanya dilaksanakan oleh sekolah dalam rangka mengisi waktu liburan atau dalam mengisi bulan Ramadhan. Dan materi yang diajarkan lebih ditekankan pada kebiasaan ibadah harian, birul walidain dan pemantapan pelajaran agama di sekolah tersebut. Pengalaman anak saya yang rutin tiap tahun mengikuti pesantren kilat di sekolahnya, biasanya tidak menginap sebagaimana pesantren pada umumnya. Cuma waktu belajarnya lebih full dari biasanya.
     5. Pesantren Khusus
    Pesantren ini memiliki khas tersendiri, dan di Indonesia terutama di pulau Jawa jenis pesantren ini banyak ditemui. Tapi saya hanya akan menyampaikan sesuai riset yang saya temui dari beberapa pesantren ;
     a.Pondok  Pesantren Annidhom Sukabumi 
    Pondok pesantren ini sebenarnya masuk ke kategori pesantren salafiah, tapim kekhasan yang ada di pesantren ini adalah penekanan pada ilmu tata bahasa Arab atau lebih familiar dengan sebutan ilmu alat . Sehingga lulusan dari pesantren ini diharapkan bisa memelihara kemurnian kaidah bahasa atau nahwu shorof kitab kuning yang memang berbahasa Arab. Pada awalnya santri yang mukim disini khusus laki laki. Tapi Alhamdulillah untuk sekarang ada buat muslimah juga. Tiap sepekan sekali ba'da jum'at disini ada program khusus kajian kitab dengan yang hadirnya kebanyakan para ustadz atau ulama yang masih semangat menambah ilmu.

    b.Pondok  Pesantren Suryalaya Tasikmalaya
    Di pondok pesantren ini santri yang datang bukan hanya golongan usia sekolah tapi dari semua kalangan datang kesini. Karena disini orang belajar bagaimana cara berdzikir dan taqorub terhadap Alloh swt. Sehingga santri diharapkan bisa lebih khusu dan tertata dalam praktek ibadahnya. Hal yang unik lain dari pesantren ini dengan adanya pondok pesantren untuk rehabilitasi narkoba. Dan program ini sangat membantu pemerintah yang sedang melawan narkoba.
     c. Pondok Pesantren Daarutttauhid Bandung
    Pondok Pesantren yang digawangi oleh ustadz kharismatik yakni KH Abdullah Gymnasiar, atau yang lebih akrab dengan sebutan Aa Gym. Di tangan beliaulah pondok pesantren ini punya karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan pesantren yang ada di Indonesia.
     Berikut program Ponpes Daaruttauhid Bandung:
    1. Santri Siap Guna (SSG)
    Diperuntukkan untuk santri berusia  17 -35 tahun, yang mengikuti program ini biasanya pelajar dan mahasiswa  atau siapa saja yang ingin mengkaji ilmu agama tetapi mempunyai kegiatan lain atau tidak bisa mukim full layaknya santri yang lain.
    Materi intinya : dobrak diri, bangun diri, bangun tim dan leadership. Materi dirancang untuk menjadi muslim dengan karakter baku, baik dan kuat. Jadi jangan heran kalau ada kegiatan turun tebing, merayap di lumpur dan lain sebagainya. Alumninya sudah ribuan.

    2. Santri Dauroh Qolbiyah, pesantren selama satu bulan. Untuk 17- 40 taun. Materinya menekankan bagaimana memperbaiki hati dan pembiasaan tahajud, shaum, dhuha dan ibadah sunnah lain.

    3. Pesantren akhlak plus wirausaha,
     tujuannya membangun pribadi entrepreneur yg berakhlak islami, materi fiqih ibadah, fiqih muamalah dan lainnya. Disini ada praktek wirausaha, dan khidmat untuk umat.

    4. Pesantren masa keemasan
    Diperuntukkan untuk orang berusia 50 taun ke atas.
    Materinya lebih ke bagaimana mempersiapkan usia agar khusnul khotimah.

    Itu hanya sekilas saja tentang pesantren daaruttahid. Selain empat hal tersebut masih banyak lagi. Mudah-mudahan ke depannya bisa ditampilkan dalam bab khusus.

    (Insyaallah bersambung)
    www.ernawatililys.com
     









    Selasa, 24 November 2015

    Laksana Berada Di Dunia Baru


    Saya tak menyangka kalau akhirnya akan bergumul di komunitas ini. KMO (Kelas Menulis Online), sebuah komunitas yang tak pernah terbersit sedikitpun kalau ternyata komunitas ini yang saya cari selama ini. Saya tak ingat bagaimana prosesnya, bisa-bisanya saya meng ad yang bernama tendi murty di Facebook.

    Apakah ini sebuah kebetulan? Tentu jawabannya "Bukan". Aa Gym dalam ceramahnya sering bilang, bahwa di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Semua sudah tergores di lauhmahfudz bahwa semua yang terjadi atas kehendak Allah. Akhirnya saya berpendapat mungkin ini cara Allah untuk membuka hasrat saya yang terpendam selama ini, yaitu menulis.

    Di akhir oktober 2015, setelah saya membaca pengumuman di statusnya chouch tendi, sayapun mendaftarkan diri untuk ikut pelatihan menulis secara online di KMO ini. Walaupun praktek belajar mengajarnya hanya lewat whatsap,  tapi beliau cukup selektif. Hal ini terbukti dengan persyaratan yang beliau terapkan.

    Angkatan kami yang keterima di kelas ini cukup banyak sehingga kami dibagi beberapa kelompok. Dan saya sendiri ada di kelas 4E. Dari kelompok ini dibagi lagi menjadi sub kelompok, dan saya berada di group 4E/4 dengan Penanggung jawab mbak Sulis.

    Sebagai mana kelas biasa, kamipun harus ngisi absen beberapa saat sebelum jam kelas dimulai.
    Hehehe.... seru dan lucu, ternyata begini ya kelas online.

    Di Group ini serasa saya memiliki keluarga baru. Keeratan dengan nuansa kehangatan yang akrab seolah kami pernah berjumpa sebelumnya.Ya, ini dunia baru bagi saya dan mudah-mudahan menjadi fondasi untuk terus melangkah dan maju menjemput impian menjadi seorang penulis yang handal.

    Kalau berbicara group besar tentunya sangat lain lagi. Di group 4E/4 saja yang jumlahnya 19 orang kami dipertemukan dengan latar belakang yang berbeda bahkan daerah asal yang seakan-akan mewakili negeri khatulistiwa. Bahkan ada teman yang namanya Zihan justru saat ini sedang belajar di Cairo Mesir. Walaupun berbeda tetapi tetap satu minat dan satu tujuan yaitu menjadi Penulis Best Seller.

    Tugas pertama couch Tendi adalah menulis ikrar yang kemudian diupload di wall facebook masing-masing. Luar biasa, dengan mengupload ikrar di Facebook dan  dibaca oleh banyak orang maka konsekwensinya ada tekad yang bulat untuk action.

    Nafas demi nafas dalam keseharian selalu penuh harap agar ikrar terwujud. Dan kamipun saling berbagi di group kecil. Saling mengingatkan dan memupuk rasa semangat agar ikrar yang kami tulis benar-benar menjadi kenyataan. Begitupun dalam mengerjakan tugas, kami selalu berdiskusi tentang hal yang kurang dimengerti. Wah.... pokoknya makin akrab deh kita.

    Kebersamaan yang terus tumbuh, rasa memiliki yang terus terbina, tiba-tiba dikagetkan dengan kabar pengunduran diri dari salah satu peserta. Pesertanya bukan dari group kami. Tapi kalimatnya membuat rasa kehilangan yang mendalam. Tulisannya seperti ini,

    "Bismillah

    Dengan ini saya memutuskan untuk tidak meneruskan ikut Kelas Menulis Online.
    Dikarenakan, innalillah saat ini saya sedang diberikan nikmat sakit oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

    Saya merasa tidak bisa menunaikan kewajiban saya atas tugas di KMO. Tugas 1 & 2 saja terkendala untuk saya tunaikan, apalagi tugas2 selanjutnya. Saat ini saya belum bisa banyak berfikir karena saya harus bener2 istirahat bed rest, maka dari itu saya memutuskan hal ini.

    Saya mohon maaf atas kekhilafan saya pada mbak dewi, coach tendi, mbak rina, mbak erna, dan teman2 KMO lainnya.

    Dan saya sungguh bersyukur, bahagia & berterima kasih sekali atas kesempatan yang telah diberikan, telah Allah pertemukan saya dengan kalian semua yang luar biasa.

    Semoga ukhuwah ini tidak terputus, melainkan terus tersambung.
    Teruslah MENULIS.
    Begitupun saya, akan MENULIS sedikit demi sedikit.

    Karena didalam hati saya sudah terazam/terniat untuk bisa menjadi manusia yang bermanfaat (dalam hal positif) untuk banyak orang, "Karena sebaik2nya manusia adalah yang paling banyak manfaatnya (dalam hal positif) untuk manusia lainnya".

    Juga, berharap tulisan yang saya tinggalkan bisa menjadi amal jariah pemberat timbangan amalan kebaikan saya di yaumil mahsar kelak, aamiin.

    Karena, sejatinya kita hidup di dunia ini adalah untuk beribadah padaNya, begitupun MENULIS dalam rangka beribadah padaNya.

    Semoga semua aktivitas kita semua mulai dari bangun hingga tidur bernilai ibadah dihadapannya, Aamiin yaa Rabbal'alaamiin.

    Mohon sampaikan permintaan maaf dan terimakasih saya kepada coach tendi.
    Wassalamu'alaykum warahmatullahi warohmatullohi wabarokatuh"

    Selesai baca postingan tersebut saya termangu sambil bertanya siapakah orang yang mengundurkan diri tersebut ?
    Sementara ada beberapa teman yang langsung comment dan langsung mendoakan mbak sulis pj group kami agar lekas sembuh. Karena sangkaannya, yang posting tersebut hasil tulisan pribadi mbak sulis.

    Secara pribadi saya merasa kehilangan, tapi di sisi lain dengan tetap berhusnudzon saya meyakinkan diri kalau orang ini akan sukses di kemudian hari.
    Pribadi sukses tercermin dari tulisannya. Lihatlah kalimatnya, ada ruh positif thinking yang dia bangun dan berani untuk pamitan. Walaupun grup ini kelas online tidak serta main keluar saja.

    Tugas Ke Dua

    Setelah materi pertama tentunya ada materi ke-2  berlangsung. Seperti biasa kami absensi dulu untuk masuk kelas.
    Seperti biasa, couch Tendi memberikan ilmunya dalam hal dunia tulis menulis ini.
    Kali ini beliau memberikan materi akan pentingnya membuat Mindmapping sebagai langkah selanjutnya setelah mendapatkan ide.

    Jujur saja, saya baru tahu dan baru mendengar istilah ini. Awalnya saya menyangka kalau langkah awal menulis langsung bikin kerangka karangan seperti waktu sekolah dulu. Ternyata ada ilmunya juga yaitu mind map, yang  fungsinya sangat berperan. Karena dengan membuat mind mindmapping, otak kanan kita bekerja optimal sehingga mudah untuk menuangkan ide pada tulisan.

    Untuk pertemuan ke-2 ini tugasnya peserta membuat mindmapping berikut outlinenya. Tugas kali ini waktunya semakin ringkas. Kalau tugas pertama 4 hari, justru tugas yang ke-2 ini kami hanya diberi waktu 3 hari.

    Wah, tugas ini menurut saya bikin nguras tenaga dan pikiran loh. Entah berapa kali googling dan hasilnya, sama aja. Dalam kebingungan untung kita punya kelompok kecil tempat diskusi dan berbagi. Sekali-kali nengok postingan Lukman di Facebook yang rajin publish soal mind map ini. Alhamdulillah membantu banget dalam pencerahan soal tugas ini.

    Pokoknya buat teman-teman di group kecil ini, thankyou abis deh buat transfer ilmunya. Sampai-sampai saya pengen banget kopdar langsung sama kalian.

    Tulisan ini saya buat sambil menunggu kelas pertemuan ke-3 sambil bertanya-tanya dalam hati tugas apa gerangan nanti. Lebih mudah atau bahkan lebih susah? Yang jelas, semangat masih berkobar di dalam dada.

    Bandung, 23 nopember 2015




    Sabtu, 14 November 2015

    12 Alasan Mengapa Saya Menulis



    Terkadang banyak orang mengatakan, bahwa menulis perlu bakat. Menulis itu membutuhkan waktu luang dan suasana tenang. Atau alasan lain yang  tak bisa dibuktikan kebenarannya. Padahal jika kita tengok ke belakang, Bung karno misalnya, semua orang Indonesia pastilah mengenal bapak proklamator yang membawa Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan ini. Bung karno bukanlah seorang yang santai berleha-leha dan nyaris tak memiliki waktu luang. Hidup dibawah tekanan dan keluar masuk penjara tapi bisa menghasilkan buku yang tebal yaitu, “Dibawah Bendera Revolusi”. Buku tersebut sangat legendaris dan dibutuhkan sepanjang masa. Menjadi referensi anak-anak negeri bahkan menjadi rujukan bangsa asing yang ingin mengenal lebih dekat perjuangan Indonesia.

    Nah, kalaulah saat ini saya ditanya, “kenapa saya harus menulis?”, jawabannya pastilah banyak. Akan tetapi yang paling utama dan membuat ruh dalam menulis saya, itu dikarenakan niat yang kuat bahwa menulis adalah bagian dari ibadah. Sebagai seorang muslim yang tugas utamanya adalah beribadah, maka sejatinya semua pekerjaan haruslah diniatkan untuk beribadah dan penghambaan sebagai abdi kepada tuanNya.

    Ketika saya berniat menulis artikel ini, seolah ada tuntunan yang tidak direncanakan. Habis sholat shubuh kami membaca Alquran yang dilanjutkan dengan terjemahannya,walaupun cuma beberapa ayat. Dan surat yang dibaca adalah Qs. Alqolam. Begitu saya membaca ayat pertama saja, langsung saya terkesima akan maknanya. Bunyinya seperti ini, “Nuun, Demi pena dan apa yang mereka tuliskan.” Subhanalloh, begitu indah dan luar biasanya ayat ini. Sampai-sampai Allah bersumpah melalui ayat tersebut dengan pena. Karena menurut sebagian ahli tafsir bahwa hurup-hurup yang tersusun seperti nuun, alif laam miim, tho ha, dan yang sejenisnya itu termasuk hurup sumpah atau hurup Qasm

    1. Menulis Sebagai Ladang Amal Ibadah
    Selain ayat di Qs. Alqolam diatas, sebetulnya kalau kita mau menggalinya masih banyak ayat yang berkenaan dengan menulis ini. Dan ini semua, membuat saya memiliki keyakinan dan percaya diri bahwa menulis merupakan bagian dari ibadah. Bukankah kita memberi tahu orang yang tidak tahu adalah ibadah ? dengan menulis kita bisa menyampaikan tentang apa yang terjadi, tentang apa yang kita pikirkan. Yang ujung-ujungnya dapat menghasilkan sebuah inspirasi bagi pembacanya. Kita dapat mengetahui terjemahan kitab suci saja, itu karena peran penulis didalamnya. Sehingga pesan Tuhan dapat sampai ke kita. Jadi alangkah gelapnya dunia ini tanpa gigihnya para penulis di masa lalu.

    2. Bentuk Rasa Syukur
    Manusia dengan segala nikmat yang Allah berikan sungguh besar tiada tara. Jangankan yang diminta, yang tidak dimintapun Allah memberinya. Ketika menulis bukan satu organ tubuh saja yang bergerak. Selain tangan yang menggerakkan untuk mengetik naskah, ada mata kita yang meneliti hurup demi hurup serta bisa meneliti rapih tidaknya tulisan. Perasaan yang tersinergikan dengan ide-ide di kepala berupa pemikiran yang akan kita ekspresikan lewat tulisan. Semua mensikronkan berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Cobalah bayangkan kalau otak kita tidak waras, belum tentu kita bisa menulis. Maka, dengan menulis bisa dijadikan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah swt yang telah menganugerahkan nikmat yang tiada bandingnya ini.

    3. Transfer ilmu
    Bisa menyampaikan ilmu ke orang lain, merupakan sesuatu yang amat berharga. Dan bagi saya hal ini akan melahirkan sensasi bahagia tersendiri jika mentransfer ilmu kepada orang lain, apalagi orang tersebut sangat membutuhkan ilmu yang saya miliki. Walaupun yang membaca tulisan saya berada diluar benua sana atau ketika saya sudah bertitel almarhum, tapi saya masih bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi pembaca.
      
    4. Berharap jadi Miliarder
    Hehehe...... sepertinya gila harta ya saya...? Tidak kita nafikan bahwa hidup butuh biaya. Dan karena saya bukan PNS berarti harapan saya untuk mendapatkan pensiun pasti tak bakal dapat. Saat ini saya masih muda, sehat, anak-anakpun masih pada belia dan saya masih kuat untuk mencari nafkah. Tapi apakah penghasilan saya saat ini bisa memenuhi di masa usia tak produktif lagi ? Bisa juga dengan cara menabung atau investasi buat masa depan. Maka untuk mempersiapkan masa depan itu, maka menulis merupakan investasi dengan pasif income tak terbatas. Bisa melewati rente deposito, obligasi bahkan tak mengenal inflasi.

    5. Bukti Cinta Buat Orang-orang Tercinta
    Perjalanan cinta bersama orang terkasih akan sirna tatkala saya sudah terbungkus kain kapan dan tertulis di batu nisan. Tapi lewat tulisan beberapa generasi saya dari anak pinak terus ke bawah, mereka akan membaca tulisan saya. Inilah yang dimaksud bukti cinta. Tulisan saya akan jadi kado terindah sepanjang masa.

    6. Gairah Yang Selalu Menyala
    Ibarat kendaraan, yang namanya gairah boleh dianalogikan sebagai mesin penggeraknya. Walaupun bensinnya ada tapi mesin penggeraknya mati, maka kendaraan tersebut tak bisa jalan. Maka dengan menulis selalu saja motivasi setiap hari. Karena seorang penulis tak mungkin hanya mentransfer ilmu ke orang lain, tapi tak menerima dari orang lain. Maka dengan menulis saya bisa terus bersemangat mencari ilmu, membaca karya orang lain dan terus memperbaiki segala kekurangan. Dan ketika memberi sesuatu kepada orang lain, baik berupa uang ataupun barang biasanya akan lahir rasa bahagia dalam diri kita. Begitupun ketika kita bisa memberikan sesuatu berupa ilmu dalam bentuk tulisan, sudah barang tentu kita merasa bahagia dan lebih bergairah. Apalagi kalau buku kita best seller

    7. Percaya Diri
    Menulis bukan untuk gagah-gagahan atau untuk membuktikan kepada orang lain, bahwa saya seorang penulis handal. Kalaupun rasa itu ada, yang wajar-wajar saja dalam menyikapinya. Namun tak dipungkiri juga bahwa dengan menulis akan membangkitkan rasa percaya diri. Kita berbicara di depan publik bukan sekedar pemeo yang bisanya menjiplak tulisan orang lain. Tapi dengan berbicara dan pernah kita tulis, hal ini akan terasa beda. Ada power yang mempengaruhi jiwa kita.

    8. Mempengaruhi Pikiran Orang
    Banyak ide-ide yang tersimpan di otak tapi terkadang hanya mengendap begitu saja. Padahal ide-ide tersebut mungkin saja adalah yang sangat dibutuhkan orang dalam membentuk sebuah peradaban yang lebih baik.

    9. Menjual Diri
    Eits... jangan negatif dulu ketika membaca menjual diri. Jujur saja, bahwa seseorang selalu ingin dipandang baik oleh orang lain. Ketika kita menjajakan barang ke orang lain, hal yang pertama dilakukan adalah penampilan yang menarik. Begitupun dengan menulis, saya berpikir orang akan tertarik akan apa yang kita sampaikan setelah membaca dan memahami tulisan kita.

    10. Curhat Berutal
    Dalam menumpahkan sebuah gagasan ataupun sesuatu yang mengganjal di benak, sudah menjadi sunatullah bahwa kita memerlukan seseorang untuk mendengarkan kata-kata kita. Sayapun demikian, saya bisa menumpahkan perasaan terhadap isteri dan keluarga saya. Tetapi sampai kapan dan seberapa sanggup mereka mendengarkan curhatan kita. Maka lewat tulisan ini saya bisa menumpahkan segala perasaan tanpa terusik dan mengusik orang lain.

    11. Rekreasi Gratis
    Untuk menghilangkan rasa penat karena aktivitas sudah menjadi alasan umum sehingga orang berani jor-joran mengeluarkan uang untuk hiburan. Sementara bagi saya, cukup masuk kamar membuka laptop lalu menulis ide-ide yang berserakan hal ini sudah menjadi rekreasi murah meriah tanpa kantong jebol.

    12. Melatih Skill Menulis
    Saya termasuk orang yang sepakat kalau menulis bukanlah diperoleh dari bakat atau sesuatu yang diwariskan. Karena menulis sejatinya adalah kebiasaan semua orang dan dapat dilakukan oleh semua orang. Wah, kalau begitu mengapa tidak semua orang bisa menghasilkan sebuah buku? Nah, disini bisa kita jawab karena kemampuan tersebut tidak diasah secara terus menerus. Sehingga berakibat anugerah terindah yang Allah berikan menjadi tumpul dan berkarat. Maka dengan menulis terus menerus maka skill kita bisa terasah dan lebih jauh lagi dijamin tak sampai pikun.

    Begitulah alasan kenapa saya menulis dan sebagai penutup saya kutip tulisan mas Pram;
    “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” (Pramoedya Ananta Toer