Penayangan bulan lalu

Selasa, 07 November 2017

Visit To Karang Para

                                 VISIT TO KARANG PARA SUKABUMI


Lumayan Runcing Batunya

Ketika masa jomlo, saya dan teman sebaya sering kali bertandang ke tempat ini. Bukan untuk selfie atau berkasih-kasihan, namanya juga para JOMLO hehehe... lagian, kala itu tak ada gadget seperti zaman sekarang. Kedatangan ke bukit itu, selain melepas penat  ada hal lain yang membuat kami keranjingan, yakni berburu bakal BONSAI. Itu loh pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas.  Seperti hobi yang lain, orang akan berkorban apa  saja  demi sebuah hobi. Termasuk kami, dengan bekal seadannya rela menelusuri jalanan yang landai, bahkan tak jarang membuat  jalan  dulu  untuk bisa tembus ke  tempat  yang  dituju. Bebatuan runcing yang menghimpit, seolah  menjadi  saksi sebuah perjalanan sekawanan anak muda yang hari ini tak tahu kabarnya gimana.


Bonsai yang  jadi buruan, biasanya aneka beringin, kaliage, bungur dan masih banyak  jenis pohon lain yang sekiranya pantas untuk dibonsaikan. Sebenarnya hampir semua tanaman bisa untuk dikerdilkan, hanya sebagai pemula saya lebih suka yang mudah  untuk pembentukannya. Dan ketika sudah mencapai puncak, ada pemandangan indah dibawah sana. Hamparan sawah dan bukit lain di kejauhan, serta para pekerja di pabrik genteng (LIO) yang dipandang dari kejauhan sangat mungil. Dan tak jarang pula kami melihat para monyet yang sengaja berjemur atau bermain-main dengan teman-temannya.


Karang para kali ini telah berubah, menjadi ajang wisata domestik Sukabumi dan sekitarnya. Muda-mudi asik bercengkrama, Masyarakat sengaja belibur untuk menikmati alam Padaraang ini. Berselfie ria dengan latar bebatuan,  atau  sengaja berphoto masuk ke lobang  batu. Kedatangan orang berbondong-bondong ke sini, mengundang penduduk sekitar untuk  berdagang makanan. Alhamdulillah bisa meningkatkan pendapatan, dan meningkatkan indeks kebahagiaan  warga Sukabumi.



Ketika saya beberapa  bulan  lalu  ke tempat  ini, pemandangan masa lalu  serasa tergambar jelas. Berlarinya kera-kera di pepohonan kini  tak  nampak lagi. Seorang tua yang  saya tanya, dia  sendiri  tak  tahu  kenapa  kera-kera yang  biasa  bergelantungan  itu  jadi  menghilang. Bahkan  dia  berkelakar,  ”Euweuh monyet ayeuna mah diganti  ku manusa ngadon ulin di leuweung” (Tak ada Monyet, sekarang mah diganti oleh manusia yang sengaja main ke hutan).
Masuk ke area sini juga ga gratis, kalau  dulu mungkin berkali-kali masuk  juga  ga  ada  yang nyegat. Tapi hari ini, penjaga tiket akan menghadang kalau tak punya karcis untuk masuk ke areal sini. Oke-oke saja sih dengan hal ini, asal jangan dijadikan lahan yang bukan-bukan. Mungkin pengelola bisa menambahkan pepohonan agar suasana menjadi nyaman. kebutuhan toileting yang memadai dan jangan  dijadikan area mesum.





#KarangParaSukabumi #WisataMurahSukabumi



.

.

.



.