Penayangan bulan lalu

Rabu, 27 Juli 2016

BERDOA LAKSANA MENGAYUH SEPEDA





Ibarat mengayuh sepeda, berdoa harus terus dikayuh, sampai sepeda itu tiba di tujuan. Jalanan terjal, curam, menanjak, menukik, menurun, penuh liku dan banyak lobang menganga, yang apabila tidak hati-hati akan terperosok. Namun semua itu harus dilalui tanpa kenal lelah, demi asa yang kita kejar akan menghampiri kita.

Ketelitian dan kesabaran yang menantang, serta ujian yang beraneka rupa senantiasa menjadikan kita untuk berhenti dalam mengayuh doa tesebut, yang padahal berdoa merupakan senjata kaum mukminin. Allah selalu memberikan sesuatu yang pas buat umat manusia. Bahkan di luar dugaan kita. Hanya manusia selalu tak sabaran dan tergesa-gesa, malahan tak jarang berprasangka buruk pada Yang Maha Kuasa.

Ketergesa-gesaan merupakan sifat fitrah yang menempel di diri manusia. Dan dengan berdoa, sebenarnya manusia diajak juga untuk bersabar sehingga sifat yang gerasa-gerusu dapat terlatih, pembawaan tenang menjadi bagian dalam hidupnya, sehingga pada akhirnya tahu-tahu hajat terkabul Allah swt.

Kisah-kisah Keajaiban bersabar dalam berdoa, sebenarnya banyak sekali kita temui. Dari kisah teman, kisah keluarga, bahkan dengan kisah kita sendiri. Kita terkadang sering dihinggapi kejutan-kejutan yang Allah berikan, yang padahal merupakan jawaban dari rentetan doa yang kita panjatkan.

Doa tidak selamanya harus dikabulkan sesuai permintaan, tapi terkadang Allah akan menggantinya  dengan yang lain, bahkan jauh lebih baik daripada yang kita pinta. Dalam kehidupan kita pribadi, berapa kali kita ditolong Allah yang padahal diluar dari doa-doa kita. Kita juga dapat mengambil pelajaran dari kisah kehidupan orang lain, bisa teman karib, saudara  atau kisah orang berhasil lainnya yang dapat kita jadikan cermin dalam mengarungi kehidupan ini.

Allah selalu Maha Mengetahui di luar kemampuan yang kita harapkan. Yang penting manusia tak boleh bosan dalam berdoa. Karena selalu ada rahasia dibalik doa yang kita panjatkan. Ketika Allah SWT mengabulkan do'a,  itu pertanda Allah sedang menambah keimanan kita. Namun ketika Allah menunda doa yang kita lantunkan, itu pertanda Allah sedang mengajak kita bersabar. Yang pada gilirannya Dia akan memberikannya di saat yang tepat. Sedangkan ketika Allah tak menjawab doa kita, bisa jadi Allah sedang mempersiapkan  yang lebih baik untuk kita, tanpa kita duga.

Empat  tahun lalu, dunia penerbangan Indonesia pernah dikejutkan dengan jatuhnya pesawat sukhoi di sekitar Gununung Salak Bogor. Ada kisah unik yang mengharu biru, dimana karena kekuatan doa seorang mantan Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarpo, selamat dari tragedi tersebut.

Suharso, termasuk orang yang batal naik pesawat penumpang Sukhoi Superjet 100. Padahal sebagai orang yang berniat membeli pesawat penumpang Sukhoi, beliau dan keluarga sempat naik ke dalam pesawat tersebut. Di atas pesawat tersebut, Suharso sempat melihat kondisi fisik serta berbincang-bincang dengan perwakilan Sukhoi Rusia, pilot pesawat, dan penumpang lainnya. Hanya tiba-tiba, isterinya beralasan, terbang bersama yang diperkirakan berlangsung beberapa puluh menit tersebut terlampau lama. Akhirnya, Suharso beserta keluarga pun meninggalkan pesawat.

Sekitar 90 menit kemudian, Suharso memperoleh kabar bahwa pesawat yang hampir ditumpanginya tersebut kehilangan kontak. Ini sungguh bukan karena kebetulan, tapi benar-benar anugerah dari Allah akan kegigihannya dalam berdoa. Isterinya selalu mendoakan setiap saat akan keselamatan suaminya. Dan ketika ada rasa ragu  yang sedikit terlintas, maka Suharso lebih memilih minta pendapat kepada orang yang beliau percayai, yaitu ISTERI. Hal inilah yang membuat Suharso bersujud syukur akan anugerah yang Allah berikan kepada diri dan keluarganya.

Demikianlah cara terindah Allah dalam mengabulkan doa umat-Nya. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan imam Ahmad dari Abu Said al-Khudri Rasulullah saw bersabda, “Tiadalah seorang mukmin memanjatkan doa pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi, melainkan Allah akan memberi padanya tiga hal; Allah akan segera mengabulkan doa tersebut, Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan Allah akan menhgundarkan darinya kejelekan yang semisal. Para sahabat lantas mengatakan, “kalau begitu kami akan memperbanyak berdoa” Nabi saw lantasberkata,”Allah nanti yang memeperbanyak mengabulkan doa-doa kalian”. (HR. Ahmad).

Dari hadist di atas, jelaslah bahwa sebenarnya Allah membagi 3 cara dalam mengabulkan doa hamba-Nya.
1.      Langsung mengabulkan sesuai yang dipanjatkan.
2.      Menunda untuk sementara waktu sampai waktu yang tepat dan mengganjarnya  dengan pahala Akhirat.
3.      Menggantinya dengan yang semisal yang luar biasa nikmatnya.

Allah senatiasa mengetahui akan apa yang kita butuhkan, ketika kita berdoa meminta rizqi yang banyak, tetapi Allah menggantinya dengan yang sebanding, misalnya mengantikan kita kesehatan yang segar bugar. Ini merupakan nikmat yang tiada tara, karena ketika kita sakit, sudah barang tentu kita akan kehabisan uang untuk berobat.  Sementara dengan nikmat sehat tentunya ini sebuah rizqi yang patut kita syukuri.

 Dan seandainya doa yang kita panjatkan tidak kita temui di dunia ini, niscaya Allah akan memberinya di Akhirat kelak, sebagai pahala yang tak dapat kita bayangkan. Semakin kita banyak berdoa, maka akan semakin banyaklah pundi-pundi amal yang akan kita raih.



SELAMAT BERDOA......!

Senin, 04 Juli 2016

SYAWAL BULAN PENINGKATAN


Alhamdulillah, tak terasa sudah sampai di penghujung bulan Ramadhan. Tinggal sekali tarawih lagi nanti malam. Setelah itu, kita akan melewati syawal, yang memiliki makna "Bulan Peningkatan".

Seberapa besar hikmah yang dapat kita ambil selama Ramadhan, harusnya jadi pemicu untuk bulan syawal. Berapa puluh kali kita melakukan shaum, berarti sebanyak itu pula sebetulnya kita lebih meningkat dalam segala amal.

Ketika Ramadhan menyapa kita, Alquran selalu dibaca, bahkan dibikin sebuah target, bahwa sebulan harus khatam sekian dan sekian. Ketika berencana, ternyata Allah selalu memudahkan untuk senantiasa melaksanakannya. Tentu ini sebuah Rahasia yang Allah berikan.

Kalau di Bulan Ramadhan bisa, sudah barang tentu di bulan berikutnya, pasti bisa. Semua tergantung nawaitu dan komitmen terhadap sebuah pekerjaan.

Setelah RAMADHAN berlalu, seharusnya bisa meramadhankan setiap bulan. Hati terpaut sama kebenaran, kekhusuan, berlomba dalam kebajikan, dan selalu mengejar derajat ketaqwaan. Karena tujuan perintah shaum, adalah menuju supaya menjadi orang yang bertaqwa.

Selama Ramadhan, tentu tak dapat semua target terealisasi. Selalu ada yang kurang, yang karena lalai atau memang ada halangan yang tak bisa dipungkiri sehingga target tak tercampai. Kalau begitu adanya, bulan syawal harus dijadikan sebagai pemenuhan target yang tertunda itu.

Allah tak berkehendak kalau umatnya terjebak glamour LEBARAN. Makanya Allah mensyari'atkan pada kita untuk syaum sunah 6 rakaat di bulan syawal. Pahala sangat besar yakni semisal puasa setahun penuh.

Tsauban, bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa berpuasa enam hari di bulan Syawal setelah Idul Fithri, maka ia telah menyempurnakan puasa setahun penuh. Karena siapa saja yang melakukan kebaikan, maka akan dibalas sepuluh kebaikan semisal.”  (HR. Ibnu Majah no. 1715. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Kalau kita buka tentang hadist tersebut, kenapa shaum sunnah 6 hari di bulan syawal sama seperti menyempurnakan puasa setahun penuh ?

Seorang mukmin tentunya pernah mengetahui, kalau amal seorang umat Nabi Muhammad akan Allah ganti dengan 10 Kebaikan. Kalau seorang melakukan full sebulan puasa Ramadhan, tentu balasannya 10 bulan kebaikan. Dan ketika melaksanakan 6 hari puasa sunah syawal, berarti akan Allah ganti dengan 60 hari (2 bulan). Itu berarti 10 bulan + 2 bulan  = 12 bulan atau setahun.

Baik Sahabat semua,
Selamat mempersiapkan diri untuk menyongsong Syawal dengan rangkaian kebaikan lainnya.

Sabtu, 02 Juli 2016

MUDIK ASYIK JANGAN TINGGALKAN SHOLAT

MUDIK ASYIK YANG RAPI JALI

Musim mudik sudah tiba, kaum urbanpun tak mau ketinggalan dengan moment tahunan ini. Semangat silaturahmi yang unik, dan mungkin hanya ditemui di Negeri tercinta, INDONESIA.

Kendaraan yang digunakan beraneka rupa, dari sepeda motor biasa, hingga naik pesawat bagi yang kelebihan dana.

Bagi pemudik,  macet adalah hal biasa. Sehingga harus disiapkan kesabaran tingkat tinggi. Bagi pengguna mobil pribadi, jadwal perjalanan bisa di setting sendiri. Tapi bagi pengguna mobil umum, tentunya harus mengikuti aturan pak Sopir Dan Kondektur.

Biar mudik lebih tertib, bagusnya dipersiapkan jauh-jauh hari. Apalagi yang punya Baby Balita, pasti butuh tenaga ekstra. Popok yang harus siap sedia, makanan pelengkap di perjalanan dan tetek bengek khas balita, apalagi pakai susu Formula, tentunya air panas harus siap sedia.

Selain persiapan yang matang, ada hal yang sangat penting yang akhir-akhir ini suka dilalaikan para pemudik, yaitu sholat 5 waktu.

Untuk yang sedang melakukan perjalanan, Allah memberi keringanan dengan tidak berpuasa. Tapi untuk shalat, Allah sangat tegas agar manusia tak lalai melakukannya. Tapi Allah cukup memahami keadaan makhluknya. Makanya diberi rukhsoh dengan adanya Jama' dan Qoshar.

Shalat Jama', adalah sholat penggabungan dari dua waktu sholat. Tapi tak berlaku untuk sholat shubuh. Dan sholat jama' ini terbagi dua, bila penggabungan waktu sholat maju ke depan, berarti jama' Takdhim, sedangkan untuk penggabungan waktu sholat mundur, disebut jama' Takhir. Contohnya si pemudik ingin sholat asyar tapi mau dirangkai dengan dzuhur dengan waktu dzuhur, berarti ini termasuk jama' takdzim.

Oia, selain bisa di jama', buat pemudik bisa juga di Qoshar loh, yaitu meringkas jumlah rakaat sholat menjadi 2 rakaat dari 4 rakaat. Tentu temen-temen tahu kan, sholat apa saja yang 4 rakaat.

Nah, ga sulit kan ? Jadi tak ada alasan untuk meninggalkan sholat. Kalau mudik identik dengan silaturahmi yang sunah, kenapa harus meninggalkan sholat yang jelas wajib.

Selama Mudik....