Penayangan bulan lalu

Kamis, 31 Desember 2015

MUHASYABAH SEPERTI APAKAH DI MALAM TAHUN BARU ?


           Suasana pagi yang dingin dengan hujan yang mulai mengguyur bumi parahyangan, membuat orang-orang yang hendak bepergian  mengurungkan niatnya. Padahal sebagian dari mereka berharap kalau hari ini harus cerah karena akan menyambut datangnya pergantian tahun 2016. Bahkan cerita pagi sepasang ibu yang ngobrol di depan toko kami, mengeluhkan datangnya mendung di pagi hari ini. “ah payah.... hujan gini mah atuh, ga bakal jadi bakar jagung nya....”  Dan ibu yang satu lagi langsung nimpalin, “iya nih, harus di sarang sepertinya” hehe... maksud sarang ini bukan sarang tempat burung, tapi istilah yang digunakan untuk menangkal turunnya hujan. Entah seperti apa saya sendiri tidak tahu dan tidak mau tahu bagaimana cara menangkal hujan ini.
Kuping ini sarapan dengan kalimat yang terlontar seperti itu melahirkan  sebuah lintasan kengerian dalam hati  bahwa euforia dalam menyambut tahun baru haruslah sedemikian adanya. Kejadian yang berlangsung dari tahun ke tahun seperti jadi kewajiban. Harus ada bakar jagung, pesta kembang api, makan dan kumpul-kumpul sama teman  dan peristiwa umum yang terjadi dalam menyambut suasana tahun baru. Sesuatu yang diidam-idamkan banyak orang dengan nuansa pesta pora. Membuat orang larut dan terhanyut dalam luapan kebahagiaan. Alasannya sangat klasik yakni dalam rangka menimati  kejadian langka karena terjadi hanya setahun sekali.
                Dalam perputaran waktu ini seharusnya yang jadi perenungan bagi orang yang berakal adalah meresapi  betapa Allah Maha kuasa dan tertib dalam mengatur  pergerakan benda angkasa sehingga tersusun rapi dalam hitungan. Semua beredar tanpa lelah dengan gerak dan pola edar yang pasti dalam orbitya. Dan akhirnya membuat orang membuat catatan penanggalan yang kita kenal dengan nama almanak atau kalender.
Bagi seorang muslim, pergantian tahun ini harus dimaknai dengan perenungan-perenungan harian yang terakumulasi dalam tahuanan. Sejatinya setiap hari kita mesti mengambil pelajaran dari firman Alloh dalam QS.3(Ali-imron):190, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Alloh) bagi orang yang berakal”
Kalau hal ini dicamkan setiap hari tentunya setiap tahun kita akan lebih dewasa dalam menatap tahun berikutnya dan akan merasa dibimbing langsung oleh Empunya waktu yakni Allah azza wajalla. Sehingga mampu mengaktualisasikan diri dalam bersikap tidak tergantung pada momentum hari-hari tertentu atau pada saat tahun baru saja.
                Kalau Alquran memandang waktu seperti itu, lantas  darimanakah kebiasaan yang serba hedonisme itu muncul ?  Siapa sih yang pertamakali memasyarakatkan pesta kembang api ? kenapa sih harus rela menunggu jam 00 dengan antusias berkumpul di satu lapangan ? Haruskah remaja bergumul dalam party yang membuat lupa dan terlena bahkan berapa gadis yang malam itu  hilang virginitasnya demi sebuah perayaan malam tahun baru ? Tentu hal ini sebuah pertanyaan yang harus dijawab para orangtua agar mewaspadai putera-puterinya dalam memaknai tahun baru agar putera-puterinya khususnya remaja tidak terjebak dengan hedonisme yang bermuara pada pelabuhan syaithan.
Barangkali benarlah pula apa yang Baginda Rasul sabdakan, Dari Abu Sa‘id Al Khudri,ia berkata:
 لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ"
(البخارى)
"Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal,sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk (mengikuti) ke dalamnya.Mereka (para sahabat) bertanya: Wahai Rasulullah, apakah mereka kaum Yahudi dan Nasrani.? Lalu beliau berkata, "Siapa lagi kalau bukan mereka".(HR. Bukhari dan Muslim
                Sungguh sebenarnya waktu yang dilalui manusia itu hanya berkutat dalam tiga masa, yaitu hari yang telah lampau, hari ini dan hari esok atau yang akan datang.  Tahun  2015 adalah tahun lalu yang tak pernah kembali dan disanalah kita harus bermuhasabah akan segala pencapaian yang kita raih. Sepatutnya pula kita yang akan menentukan akan kebahagiaan di masa yang akan datang atau yang lebih jauh lagi yaitu kebahagiaan di akhirat kelak.
                Nampaknya terlalu klise kalau awal tahun adalah saatnya untuk membuat planing agar semua yang jadi harapan agar tercapai. Tetapi hal yang klise ini justru yang sebenarnya harus ada di setiap pribadi agar menjalankan hari-hari ke depannya lebih nampak dan komitmen dalam menjalaninya. Karena sebetulnya kehidupan di masa datang adalah sesuatu yang semu, sesuatu yang tidak pasti karena kita belum mencapai kesana. Karena hal itulah, agar tidak terjebak dengan alur yang salah maka sepantasnya kita buat planing sebagus mungkin serta menjalankannya dan tak lupa sertakan Alloh dalam menyusun planing tersebut.
                Selain menyusun planing tak lupa juga Evaluasi akan segala hal yang telah dilewati di tahun-tahun berikutnya. Muhasabahlah diri sendiri sebelum orang lain memuhasabah tentang kita. yang di evaluasi bukan serta merta bisnis saja tapi soal ruhiyah kita semestinya di evaluasi. Bagaimana ibadah kita, bagaimana hubungan kita dengan masyarakat ,bagaimana tilawah kita, apakah semua itu dijalankan dengan baik atau bagaimana?  Bila perlu semua dicatat secara rinci agar bisa meningkatkan mutu kita di mata Allah swt.
                Tak luput pula soal hubungan dengan keluarga harus jadi prioritas dalam mengevaluasi dan memasukkan planing buat masa depan. Anak dan pasangan hidup adalah insan-insan yang membutuhkan perhatian kita. Kalau selama ini orangtua kurang meluangkan waktunya buat anak rubahlah di tahun 2016 agar lebih fokus ke anak. Baginda Nabi telah mencontohkan walau dalam keadaan bagaimanapun, tapi beliau selalu meluangkan waktunya buat anak. Banyak diantaranya hadist shahih  yang menriwayatkan bahwa suatu ketika beliau sampai merangkak main kuda-kudaan bersama anak-anak bahkan demi membahagiakan istri sempat juga berlomba lari bersama. Dan ada saatnya juga beliau bercengkrama dengan rakyat jelata.
                Bermuhasabah diri setiap saat setidaknya akan terus mengaudit diri setiap hari. Harta yang berlimpah berupa umur yang diberikan Alloh sejatinya terus berkurang. Dan aset umur yang diberikan Alloh ini merupakan modal awal yang seharusnya tidak boleh bangkrut atau defisit. Tapi sebaliknya modal umur ini harus bertambah dalam artian harus mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Hal ini tentunya sulit kalau kita tak pandai dalam mengevaluasi diri setiap hari.
                Dalam menghadapi pergantian tahun ini janganlah kita tergiring ke dalam jerat-jerat satanic yang selalu mengelabui. Luapan-luapan kebahagiaan yang terjadi di pergantian malam tahun baru semestinya dibarengi dengan refleksi  akan pentingnya sebuah waktu.  Bahwa umur yang ada bukanlah bertambah tapi sebenarnya adalah pengurangan umur dari jatah yang diberikan Allah kepada manusia. Maka camkan dalam diri, siapa tahu ini adalah malam terakhir yang kita reguk di dunia ini.
                 Mengevaluasi diri tak seharusnya pula kumpul-kumpul di masjid dan melakukan amalan-amalan sunah lainnya. Karena melakukan hal kebaikan seperti inipun merupakan tindakan salah kaprah, karena sepanjang saya belajar tentang saat mustajab tidak pernah ditemukan anjuran seperti ini. Wallohu’alam. Pembaca tentunya lebih faham saat mana saja yang termasuk saat ijabah. Cukuplah menghisab diri dengan berdiam diri dan istirahat, dan diatas sudah saya jelaskan bahwa muhasabah haruslah dilakukan setiap saat.
                Akhirulkalam, semoga hari-hari anda diberkahi Allah subhanahu wata’ala .


Bandung, 31 Desember 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar