Penayangan bulan lalu

Minggu, 19 Juni 2016

HARGAI YANG PUASA ATAU YANG TIDAK PUASA


Kalau saja judul diatas, dan dijadikan pertanyaan kepada ibu saya, pasti jawabannya "Hargai Orang Berpuasa".

Dulu..... dulu sekali, ketika saya belum kuat berpuasa, lalu saya makan diluar, umi biasanya ngacungin telunjuk sambil sedikit mengeluarkan bola matanya, "Tis, ayo masuk ke dalam ! Malu makan diluar, Hargai Orang Berpuasa".

Setelah beranjak besar, dan sudah mulai berani main ke kota kecamatan, (Cisaat) barulah saya tahu ternyata kalau orang dewasa ada juga yang ga puasa. Dan makannya di warung tertutup, nyaris ga ada hawa.

Lanjut.......
Dan ternyata makin kesini, tirai tertutup itu, mulai tersingkap. Dan kaki-kakinya yang jadi saksi, karena keatasnya masih tertutup tirai. Tapi walaupun sudah agak berani kalau tidak puasa,  tetap, aturan "Hargai Orang Berpuasa" masih berlaku.

Ya... Inilah Indonesia yang selalu menjungjung tinggi norma Agama. Yang setiap sekolah belajar Akhlaq Dan PMP (Pendidikan Moral Pancasila).

Dan hari ini, masih di Indonesia, selogan "Hargai Orang Puasa" perlahan-lahan karam, bahkan yang muncul "Hargai Orang Yang Tidak Puasa".

Dulu..... ibu penjaja nasi itu sembunyi-sembunyi kala menawarkan menawarkan makanannya. Bukan takut sama satpol PP, tapi selogan "Hargai Orang Puasa" masih terpatri dalam dirinya.

Tapi hari ini, ibu warung penjaja nasi itu sudah perfect jadi Pahlawan. Donasipun berdatangan, masuk ke dalam pundi yang penuh simpati.

Dia tidak jadi cibiran para Netizen, malahan dapat pujian dari pemangku negeri. Simpati bergulir, karena tangisan kamuplase yang meluluh lantahkan arti sebuah Ideologi. Dan kini ibu itu jadi Srikandi "HARGAI ORANG YANG TIDAK PUASA".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar