Penayangan bulan lalu

Kamis, 02 Juni 2016

KESAMAAN ATLIT DAN PENULIS



Penggila bola pasti menyaksikan bagaimana hebatnya Cristiano Ronaldo, yang 3 hari lalu membobol gawang Atletiko. Aksinya  yang memukau menghantarkan Real Madrid jadi Juara Liga Champion musim tahun ini. Keperkasaan pysik dan akurasi tendangan yang mantap membuat orang terkagum-kagum.

Coba deh wawancarai, apakah hal tersebut kebetulan ? Mengapa tendangannya begitu akurat di mulut gawang lawan ? Jawabannya tentu semua itu terjadi karena banyaknya latihan. Berlatih minimal 3 jam dalam sehari tentunya membutuhkan ketekunan dan kesabaran.

Setali tiga uang, penulis yang handal tidak ujug-ujug menjadi tenar dan memiliki tempat di hati penggemarnya. Pipit senja yang mengawali dunia kepenulisan sejak usia belia beliau menghabiskan waktunya dengan banyak menulis. Padahal bunda pipiet memiliki penyakit seumur hidupnya.

Untuk bisa menulis di zaman mudanya beliau, Bunda Pipit Senja harus numpang di kantor kepala desa, karena beliau tak memiliki mesin ketik.

Coba bandingkan dengan keadaan sekarang, untuk menulis tak sesulit dulu. Kalau dulu untuk angkat jinjing mesin ketik saja membutuhkan cukup tenaga. Sementara hari ini, note book atau laptop sangat mudah dibawa. Ingin lebih enteng lagi, tab dan smartphone malah lebih memudahkan kita untuk menulis. Dimana saja dan kapan saja, ketika ide muncul kita dapat dengan mudah menuangkannya.
Dan tak terasa kata demi kata yang kita rangkai, diibaratkan sebuah tabungan tulisan maka lama kelamaan dia akan tersusun menjadi sebuah buku.

Seorang Atlit yang disiapkan untuk berlaga di lapangan, sudah barang tentu membutuhkan Stamina kuat. Sehingga diperlukan asupan gizi yang baik, suplemen,multi vitamin dan nutrisi baik  lainnya.

Sementara seorang penulis, nutrisi yang tak boleh hilang adalah "Banyak Membaca". Dengan cara ini, seorang penulis akan tambah ilmu, tambah kosa kata, mengetahui trik penulis lain dan sebagainya.
Tapi bukan berarti dengan banyak membaca ini untuk menjiplak karya orang lain. Justru dengan membaca naskah orang, penulis akan paham bagaimana menjadi penulis yang berbobot.

Selain banyak latihan dan membaca, keberadaan pelatih (mentor) bisa juga dijadikan acuan. Walaupun keberadaannya tidak wajib, tapi dengan ada choach setidaknya ada yang mengkritisi agar tulisan kita lebih baik.

Posisi pelatih dalam dunia tulis menulis, hanyalah sebagai motivator dari luar. Yang terpenting justru motivasi dalam diri sendiri. Gali kembali alasan-alasan mengapa jadi penulis. Kenali diri sendiri agar bisa menguasai diri. Mentor atau coach hanya sekali-sekali memantau, selebihnya kita sendiri yang harus mengembangkan diri dan terus berlatih.

Berbeda dengan atlit, eksistensi pelatih betul-betul dibutuhkan. Hampir dalam kesehariannya akan berinteraksi dengan pelatih. Sehingga keberhasilan Atep dan kawan-kawan PERSIB dapat memenangkan Liga Indonesia itupun banyak campur tangan pelatih didalamnya.

Bagaimana latihannya seorang penulis ?
Latihannya adalah Menulis.......menulis .......'.dan menulis.
Apa saja yang ada di benak yang ada value kebermanfaatan bagi orang lain, maka tuangkan dalam karya.Mengalirlah terus sebebas apa yang kita pikirkan. Baru kemudian kita mengeditnya. Pengalaman saya kalau menulis belum selesai terus mengeditnya, biasanya tak selesai-selesai itu tulisan.

Pembunuh utama para atlit adalah ketika datang rasa malas untuk berlatih. Dan bagi penulis hal ini kerap terjadi sehingga timbul "writer's block" yang menjadi momok mematikan kreativitas.

(Insyaallah bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar